K r a s i v a
Sudah berapa lama, ya?
Satu hari? Satu minggu? Satu bulan?
"Sudah satu tahun, Krasiva. Jangan begini terus."
Oh, sudah satu tahun.
"Seenggaknya, tolong sedikit aja senyum untuk Andra. Mau sampai kapan lo lampiasin semuanya ke kita?" Gue cuma diam, mengalihkan pandangan gue ke meja rias.
Menyedihkan. Gue bahkan benci untuk melihat pantulan diri gue sendiri.
"Besok lusa, Krasiv. Besok lusa lo nikah setelah dua kali gagalin ijab kabul! Lo lagi nguji Arkara atau gimana sih?!"
Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
"Andra dan Shafa pergi, karena mereka memang ditakdirkan begitu. Bukan lo aja yang sedih. Bukan lo aja keluarga mereka. Jangan brengsek, Krasiv. Bukan cuma lo yang merasa kehilangan."
Sudah satu tahun gue mencoba menjadi pendengar yang baik. Terutama tentang Andra. Berharap akan ada air mata yang keluar seperti mereka semua —yang ketika ingin, bisa menangis dengan keras.
Gue juga ingin. Gue juga mau menangis. Tapi gue gak pernah bisa.
"Dulu Andra pernah bilang... orang baik selalu dipanggil Tuhan lebih dulu." Akhirnya pandangan kita ketemu. Gue sempat tertegun melihat kantong mata Manda yang begitu parah.
Ternyata Manda benar. Bukan cuma gue yang merasa kehilangan.
"Andra baik ya Man?"
Pertanyaan bodoh, gue tau.
"Krasiva... jangan paksain diri lo." Manda menarik gue untuk masuk kedalam pelukannya. Gue terdiam disana begitu rasa hangat mengalir keseluruh tubuh gue.
"Man, Andra kedinginan." Manda menangis mendengar gumaman gue.
***
"Eh, pokoknya gak boleh ada yang duduk disini! Ini tempat duduk Krasiva!" Hari itu, jam 7 pagi, laki-laki itu sudah duduk dikursi paling depan— didekat meja ijab kabul, disaat padahal, semuanya belum semua di tata rapih.
Mama Maya yang sibuk mencarinya, akhirnya berdecak sambil menarik laki-laki itu agar pergi darisana.
"Kamu ngapain disini? Cepet siap-siap!"
"Macan mana sih, Ma? Ini nih, kursinya dijagain dong. Pokoknya dia harus duduk di paling depan."
"Iya, nanti Mama jagain. Sekarang kamu masuk, siap-siap!"
Laki-laki itu menggeleng. "Nanti aja, tunggu Macan datang. Aku siap-siapnya gak lama. Lagian ngapain sih aku buru-buru banget?"
"Karena kamu yang bakal nikah, Andra! Mana ada pengantin sibuk jagain kursi tamu! Cepet masuk!"
Akhirnya, setelah lama berdebat, laki-laki itu mau masuk setelah kursi yang sejak tadi dia jaga, sudah diberi nama.
Punya Krasiva
Dia Andra, sahabat kecil sekaligus kakak paling hebat yang pernah gue punya. Di hari pernikahannya, dia keluar rumah hanya dengan memakai sarung dan baju kokoh sehabis solat subuh hanya untuk menjaga kursi milik gue.
"Pokoknya, pas gue nikah, lo duduk dipaling depan! Kalau lo gak ada, gue gak mau ijab kabul."
Waktu itu gue pikir dia cuma main-main. Jadi gue sengaja menghilang. Tamu-tamu undangan sudah memenuhi semua kursi. Sisa satu kursi yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...