42. Salah Besar

4.3K 229 10
                                    

"Sekarang bilang sama gue. Lo suka sama Manda?"

Cukup lama Arkara cengo mendengar pertanyaan Raka ketika ia baru saja keluar dari kamarnya. Setelah berhari-hari didiami oleh Abangnya itu, akhirnya Raka mau bicara padanya meski lagi-lagi tentang perempuan.

"Heh! Budeg lo?"

Arkara segera menggeleng. "Yang ada lo tuh yang gila, Bang."

"Kok jadi gue?"

"Habis malmingan sama Manda malah nanyain gue suka sama dia apa ngga."

"Udah deh, tinggal jawab aja susah banget sih lo?" Balas Raka sewot. Arkara tergelak, lalu kemudian terkekeh geli hingga membuat Raka geram sendiri.

Melihat wajah Raka yang mulai kesal membuat Arkara langsung mengangkat kedua tangannya, "Eh iya iya, jangan kesel dulu dong."

"Lo suka Manda apa nggak?!" Tanya Raka, mengulangi pertanyaannya sebelumnya.

"Kalau yang lo maksud suka dalam artian lebih dari teman, jawaban gue nggak."

Raka terdiam. Tatapannya tetap tertusuk pada Arkara yang saat ini masih memasang tampang santai.

"Gue cuma cinta sama Krasiva, Bang."

"Gimana sama Man—"

"Gue dipaksa menerima dia kalau lo lupa." Potong Arkara cepat. Ia sudah tau apa yang akan dikatakan Raka selanjutnya. Laki-laki itu menunduk, menatap lantai, enggan menatap tatapan mata Raka yang keras.

"Dari awal pilihan gue cuma Krasiva, Bang. Gue udah pernah bilang sama lo. Tau gak apa yang ngebuat gue gak pernah bisa nyelesaikan masalah ini?" Arkara memberanikan diri mendongak, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan Raka. "Itu semua karna lo yang selalu ada dipihak Manda. Andai lo ngasih gue solusi selain marah-marah kayak waktu itu, mungkin sekarang gue gak perlu nyakitin lebih banyak orang lagi."

Andai Arkara tau kalau sekarang Raka seperti sedang ditampar tanpa sengaja. Arkara tidak pernah tau kalau sebenarnya, Raka selalu ada dipihaknya.

•••

K r a s i v a

Pernah gak lo merasa harus melakukan sesuatu, padahal seharusnya lo gak perlu melakukan hal itu?

Gue gak tau apa yang membuat suasana hati gue tiba-tiba berubah amat buruk akhir-akhir ini— sampai saking buruknya, gue jadi males ngomong dan berakhir dikira lagi marah sama orang satu rumah.

Padahal nggak. Yang sebenarnya, gue lagi marah sama diri gue sendiri.

Kenapa sih gue harus jatuh cinta?

Kenapa sih gue harus berakhir jatuh sakit?

Cinta dan sakit, gue mengenal mereka bersamaan, dari orang yang sama juga. Ya lo tau lah siapa oknumnya.

Arkara Angkasa. Cinta pertama dan sakit hati pertama gue.

Tepuk tangan untuk Arkara guys, gue salut sama kelakuan manis dan brengseknya.

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang