8. Yang ter-Rumit

5.2K 282 4
                                    

"Saat lo terus menjauh, maka gue akan tetap mendekat. Saat lo terus membenci, maka gue akan tetap menyayangi."

-Arkara Angkasa

>><<

Krasiva kesal.

Krasiva marah, tapi hanya bisa diam.

Krasiva mengumpat lagi.

Krasiva benci Arkara.

Sejak se-jam yang lalu, laki-laki yang katanya most wanted sekolah ini sangat berisik!

mengaduh dan mengeluh kesakitan terus menerus.

Sekarang pelajaran bahasa Indonesia tengah berlangsung. Seluruh murid sedang sibuk mengerjakan 30 soal yang diberikan oleh pak Romo.

Ah, ralat! Sebenarnya tidak semua murid sedang mengerjakan soal yang diberikan oleh pak Romo yang kini sedang tertidur pulas di meja nya.

Seperti pada umumnya. Hanya murid rajin dan tergolong pintar saja yang mengerjakan.

Lalu setelahnya, mereka dengan ikhlas harus membagi jawaban dengan teman-teman yang lain.

Tak salah jika nilai tugas mereka, rata-rata sama.

"Aduh, lutut gue sakit." Meski suara Arkara tidal nyaring. Itu tetap saja terdengar sampai ditelinga Krasiva. Memuakkan!

"Aduh, darahnya makin banyak!" Krasiva menengok kesal. Arkara ini, jika di diamkan, malah semakin ber-tingkah!

"Lo bisa diam gak sih? Ke UKS sana! Sakit telinga gue denger lo ngeluh terus." Cerocos Krasiva sambil melayangkan satu pukulan di lutut Arkara dengan pulpen yang daritadi dia genggam.

Arkara langsung meringis sakit. Sebenarnya rasa sakitnya sudah hilang saat Manda mengobati nya setelah pertandingan.

Namun kini, rasa sakitnya tiba-tiba datang lagi saat Krasiva dengan tidak berdosanya memukul lututnya yang terbalut perban.

"Sakit, Rasiv!" Seru Arkara yang langsung terduduk tegak.

Krasiva hanya diam saja, malas meladeni laki-laki disampingnya yang kini mulai duduk sambil bersandar di tembok lagi.

"Lo gak ngerasa khawatir, gitu?" Tanya Arkara tanpa melepas tatapan nya kepada Krasiva yang saat ini refleks sedang menggigit ujung pulpen. Berfikir untuk mendapat jawaban.

"Padahal gue khawatir loh pas tau kalo tadi lo di ganggu sama Shofia." Krasiva yang sedang menulis jawaban langsung terdiam sebentar saat mendengar nama yang tidak asing itu.

"Lengan lo udah gak papa?" Krasiva jadi teringat dengan lengannya yang tergores sedikit. Syukur saja sekarang sudah tidak sakit.

"Dia mantan doang kok, belum bisa move on kali, ya?" Krasiva tidak peduli.

"Gue bakal kasih pelajaran buat dia, tenang aja!" Arkara mendengus kesal, sedari tadi bicara, tidak ada satupun yang ditanggapi oleh Krasiva.

"Rasiv." Jujur saja, Krasiva sedang menahan kepala nya agar tidak menengok saat Arkara memanggil namanya.

"Gue seneng waktu tau lo duduk di tempat istirahat gue, hehe."

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang