Bukan ini yang dia mau. Bahkan untuk membayangkannya saja sudah sangat tak mungkin rasanya. Benar-benar menyebalkan!
Tadinya Krasiva hanya pergi ke toilet dan meninggalkan Arkara didepan kelas sendirian begitu saja. Namun tanpa sadar, saat dia kembali dari toilet. Ada dua orang yang menemani Arkara disana.
Manda dan Raka.
Belum lagi saat Manda jujur kepada Arkara kalau dia ini adiknya. Krasiva sih gak mau bawa pusing. Tapi melihat Arkara yang daritadi terus saja diam dengan wajah kaget kentaranya, membuat Krasiva sedikit tidak nyaman.
Ke-empatnya kini berada dikantin. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa detik yang lalu. Krasiva sebenarnya tidak mau ikut. Tapi Manda menariknya begitu saja, membuat semua mata murid dikelas tertuju kepada mereka.
"Jadi, Krasiva ini adik gue." Manda memulai perbincangan. "Yah, meski cuma adik tiri."
"Tiri?" Krasiva meringis saat mendengar Raka dan Arkara kompak berseru bersamaan.
"Iya. Bokap Krasiv nikah sama nyokap gue. Papah gue dan mamah Krasiva udah meninggal." Manda tersenyum kecut. Pikirannya langsung menerawang mengingat mendiang papahnya.
"Lo gak cerita apapun." Garis wajah Raka mengeras, membuat Manda meringis sekaligus merasa bersalah karena telah menyembunyikan semuanya.
"Gue gak bisa cerita apapun. Karena memang, Krasiva gak pernah mau kalau orang lain tau kami ini bersaudara." Krasiva menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskan secara perlahan. Entah apa tujuan Manda mengatakan itu.
"Bener ya, dunia ini sempit." Arkara terkekeh. Mencairkan suasana. "Jadi, perempuan yang turun dari mobil lo saat dirumah sakit, itu tante Maya?"
"Iya."
"Tapi, gue gak pernah liat dia dirumah lo." Ujar Raka. Kelihatannya laki-laki ini sangat penasaran.
"Itu bukan rumah gue Raka. Itu rumah peninggalan tante Kinan --mamah Krasiva. Papah nyuruh kami tinggal dirumah itu atas keinginan Krasiva." Manda memalingkan wajahnya saat melihat Arkara terus saja menatap Krasiva yang menunduk.
"Soal kenapa kalian gak pernah liat Krasiva kalau lagi main kerumah, itu karena Krasiva memang sering gak dirumah. Dia suka keluar, lalu pulang larut. Kadang dia juga hanya diam dikamar."
"Lo anak malam?" Entah kenapa ucapan itu tercetus begitu saja dari mulut Raka. Krasiva ingin sekali melempar laki-laki yang duduk disamping Manda itu dengan tempat sambal dimeja.
Ada rasa dimana Krasiva ingin mengelak ucapan Manda. Tapi semua yang perempuan itu ucapkan benar semua. Huft! Krasiva sepertinya harus semakin banyak bersabar.
"Gak juga," Jawab Krasiva santai. Entah mengapa dia merasa dipojokkan sekarang. Seakan-akan yang dikatakan Manda, isinya adalah soal kekuarangannya semua. Sialan!
"So bad" Gumam Raka yang masih bisa mereka dengar. Arkara termenung, diam saja mencerna semua perkataan Raka, Manda dan jawaban santai Krasiva.
Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatian Arkara. Diambilnya ponsel didalam saku celana. Arkara mengeryit saat membaca siapa nama pengirim pesan.
Raka?
Meski begitu, Arkara tetap membuka isi pesan setelah menoleh sekilas ke arah Raka yang memang memegang ponsel. Tapi sekarang laki-laki itu sudah berbicara lagi dengan Manda.
From : Raka judes
Yakin, pilihan lo ini udah bener?Rahang Arkara mengeras. Pikirannya bercabang entah kemana. Pikirannya berputar, Arkara pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...