29. Semua Memilih

4.1K 237 0
                                    

Manda berjalan cepat meninggalkan Raka ketika melihat Arkara melintas tak jauh didepannya. Arkara nampak berbincang dengan Agam sambil sesekali tertawa.

"Ar!" Arkara langsung menengok, berhenti ditempatnya kala melihat Manda mendekat.

"Arka lagi sibuk, mau nemenin gue nembak cewek." Agam nyeletuk.

"Belajar sana! Ulangan remedial terus aja begaya!"

"Awas ya lo, Man." Tadinya Agam sudah berniat menjambak rambut Manda. Namun semuanya terhenti ketika sosok Raka muncul dibalik Manda.

"Ar, gue mau bicara sama lo."

"Iya, ngomong aja." Arkara mengangguk.

"Dua hari lagi ulang tahun gue. Disana gue bakal minta hal yang lo janjiin. Lo bilang lo bakal kabulin semua yang gue minta, kan?" Arkara termenung sebentar.

Ah, dia ingat.

Waktu itu Arkara meminta nomor Krasiva dari Manda. Dan sebagai gantinya, ia akan mengabulkan satu permintaan Manda.

"Iya, gue inget. Lo mau apa?"

"Gak sekarang. Tapi nanti, waktu diacara ulang tahun gue."

"Oke, gue pasti bakal kabulin."

"Gue pegang omongan lo." Manda tersenyum senang. Dibelakangnya Raka mendesah pelan.

Ini bukan hal yang baik.

>•<

"Heh, bantu kerjain tugas Fisika gue." Krasiva membuka buku Fisikanya, menaruh buku itu ditengah antara dirinya dan Arkara.

Arkara yang melamun langsung tersentak kaget saat Krasiva menyentil dahinya.

"Apa, by?"

"Bi bi bi, babi kali --awh!" Dengan cepat Krasiva memegang bibirnya yang gantian disentil Arkara.

"Udah dibilang. Cewek gak baik ngomong kayak gitu."

"Cerewet. Kerjain tugas gue."

"Lo harus belajar juga."

"Gak mau. Udah gak mood." Krasiva mengeluarkan ponselnya. Lalu hening, ia tenggelam dalam game diponsel.

"Sabar Ar, calon imam harus sabar."

"Oiya, Arkara." Beberapa saat kemudian Krasiva teringat sesuatu. Gadis itu menaruh ponselnya diatas meja.

Krasiva menatap Arkara yang sudah fokus pada buku, mengerjakan tugasnya.

"Arkara." Panggil Krasiva sabar.

"Iya, sebentar by." Krasiva mendengus. Melipat tangannya diatas meja.

Sudah cukup lama Arkara memanggilnya by, jodoh dan lain sebagainya. Dan sepertinya Krasiva sudah tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Jangan kira Krasiva tidak pernah melarang Arkara. Namun yang namanya keras kepala, bukannya berhenti Arkara malah semakin gencar menggodanya.

"Kenapa, by?" Arkara selesai dengan pekerjaannya setelah sepuluh menit. Lalu menutup buku dan menatap Krasiva yang nampak bosan ditempatnya.

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang