34. Berwarna

4K 224 11
                                    

Tidak ada yang tau bagaimana hancurnya perasaan Raka kali ini. Sudah cukup untuknya melepaskan Manda agar bisa bersama Arkara. Ia tidak bisa lagi menahan jika Arkara sekarang malah menduakan perempuan itu.

Ada kobaran amarah didalam mata Raka yang tidak bisa Arkara artikan. Pikirannya ikut kacau ketika Raka dengan tiba-tiba datang menghantamkan pukulan ditulang rahangnya.

Suasana kamar Arkara hening sejak sepuluh menit yang lalu. Raka terduduk diujung kasurnya dan Arkara terduduk dipojok dekat meja belajar.

"Lo brengsek Arkara Angkasa."

Arkara yang tadinya menunduk langsung mendongak, memberanikan diri menatap Raka yang tetap menunduk menatap kepalan tangannya yang tadi dibuat meninju dirinya.

"Lo laki-laki paling brengsek dan bego yang pernah gue kenal."

"Bang-"

"Apa yang gak gue punya sehingga Manda lebih milih lo?"

Mata Arkara membulat mendapati pertanyaan itu. Lidahnya kelu, pikirannya merambat kebingungan. Arkara sungguh tidak paham.

"Lo udah punya Krasiva. Harusnya lo tetap nunggu dia. Harusnya, kalau lo emang cinta sama Krasiva lo nunggu dia, Ar!" Raka berteriak dikalimat terakhirnya.

Kesempatan saat tidak ada Mama dan Papanya yang sedang keluar, membuat Raka harus bisa mengambil waktu yang tepat untuk bicara dengan adiknya itu.

"Gue-"

"Krasiva datengin gue. Bilang... dia jawab pernyataan lo dengan iya." Raka memotong ucapan Arkara.

Kepala Raka menengadah, mengambil nafas sebanyak-banyaknya. "Lucu gak? Ketika lo jawab pernyataan Manda dengan iya. Diwaktu yang bersamaan juga, Krasiva jawab pernyataan lo dengan iya."

Tubuh Arkara menegang.

"Gue gak masalah awalnya kalau Manda sama lo. Karena dari awal... gue emang udah ngerelain dia buat lo."

"Bang... Lo... suka sama Manda?" Raka terbahak mendengar pertanyaan Arkara.

"Gak keliatan selama ini?"

Pikiran Arkara langsung berputar. Benar, selama ini perhatian yang selalu Raka tunjukkan kepada Manda memang selalu Arkara anggap sebagai sebatas sahabat. Ia tidak pernah mengira, kalau ternyata Raka memiliki perasaan lebih.

"Bang-"

"Pilihan lo cuma satu dari awal. Krasiva, iya kan?" Arkara mengangguk kaku.

"Lalu kenapa lo terima Manda? Sebenarnya lo serius gak sih sama Krasiva? Atau lo emang serakah pengen keduanya?"

Kepala Arkara spontan menggeleng. "Bukan-"

"Gue emang rela kalau lo sama Manda. Tapi gue gak rela kalau lo duain dia. Arkara, Manda deluan yang dapat status dari lo. Dan dengan otomatis, Manda yang pertama."

Kasur Arkara berdenyit, Raka memperbaiki posisi duduknya. "Harusnya lo gak cukup brengsek untuk ninggalin yang pertama. Gue rasa lo udah paham, kan?"

Raka berdiri dari duduknya, lalu keluar dari kamar Arkara dengan pintu yang ditutup kasar hingga menimbulkan bunyi yang keras. Raka benar-benar marah sekarang.

Telinga Arkara berdengung oleh suara Raka. Apakah itu berarti Raka menyuruhnya untuk memilih Manda dan meninggalkan Krasiva?


***


Dengan langkah santai Manda dan Krasiva menuruni tangga diiringi dengan tawa Manda yang tidak berhenti karena kelakuan Krasiva pagi ini.

Arkrasiv ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang