Gini aja deh. Gimana kalau sebelum baca kalian vote dulu? Biar gak lupa gitu hehe^^ makasih!
>><<
Untuk Manda, selain dilarang makan ice cream oleh Maya. Hal yang paling dia tidak suka adalah berpura-pura baik-baik saja ketika Arkara berhubungan dengan wanita lain.
Menahan rasa selama satu tahun terakhir untuk Arkara memang tidak enak dan mudah, tapi setidaknya Manda bersyukur bisa dekat dengan Arkara --meski Arkara belum bisa menjadi miliknya.
Raka mengeryit dengan pandangan tak lepas dari Manda disampingnya yang kini sedang terbengong dengan pandangan kosong lurus kedepan.
Suasana kelas sedang gaduh karena guru mata pelajaran belum juga masuk kedalam kelas. Jika biasanya Manda sudah berpencar kemana-mana untuk berkumpul dengan siswi dikelas untuk sekedar update berita terbaru --kini dia malah diam dengan raut wajah sedih.
Raka mendesah. Benci melihat Manda seperti itu.
"Kenapa lagi?" Raka menyikut lengan Manda. Gadis itu tersentak dan menoleh.
"Ya? Kenapa?"
"Lo kenapa? Bengong mulu." Manda terdiam sebentar, lalu menggeleng pelan.
"Gak papa."
Raka menarik kursinya mendekat dengan Manda, tangannya terulur menangkup kedua pipi Manda dari samping memaksa gadis itu menatapnya.
"Arkara ngapain lo lagi?" Manda mendengus. Menyerah berbohong.
"Dia minta nomor Krasiva buat PDKT." Mata Raka memicing, meskipun Manda tersenyum saat ini, dia yakin gadis itu sedang amat sedih.
"Lo kasih?" Manda mengangguk.
"Lo relain Arkara buat Krasiva?" Manda menggeleng. Raka terkekeh pelan melihat ekspresi menggemaskan Manda. Lalu beberapa saat terdiam, memikirkan perasaannya yang sedikit sakit juga karena Manda belum juga melupakan Arkara.
"Kalo gitu berjuang lagi dong!" Raka tau dia munafik. Meski memberi semangat pada Manda, didalam hati dia mengumpat karena perasaannya pada Manda yang belum juga hilang.
"Susah! Arkara gak suka gue." Manda menarik wajahnya, lalu menyenderkan kepalanya pada meja dan menatap Raka. "Adek lo gak peka-peka!"
"Lo juga gak peka-peka." lirih Raka tanpa sadar.
"Hah? Apa?" Raka mengerjap dan langsung menggeleng cepat.
"Nggak."
"Eh kembaran Lucinta Luna!" Agam menepuk bahu Raka, membuat laki-laki itu mengumpat tanpa sadar.
"Bangke! Lo kali penganut transgender." Agam dan Manda hanya tertawa mendengar tuturan kesal Raka.
"Kantin aja yok! Kita freeclass." Ajak Agam yang disambut anggukan bersemangat dari Manda. Raka mendesah, mau tidak mau harus ikut karena Manda yang sangat antusias.
"Ayok! Gue laper nih abis galau." Manda berjalan deluan, lalu berbalik lagi saat menyadari kalau Raka masih bergeming ditempat.
Manda menarik lengan Raka, diperjalanan menuju kantin, tarikan lengan itu semakin berubah menjadi pelukan Manda pada lengan Raka.
Hati Raka berdesir, mereka memang sering begini karena Manda menganggap mereka itu tidak lebih dari teman. Sakit memang. Tapi untuk Raka nikmati saja.
"Raka, traktir gue batagor ya" Tanpa banyak berfikir Raka mengangguk meng-iyakan permintaan Manda yang saat ini bersorak senang. Raka ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...