Sudah seminggu semenjak Krasiva terus menghindar dari Arkara. Perempuan itu seakan menjadi Krasiva yang baru pertama kali ia kenal— Krasiva yang jutek, cuek dan dingin.
Arkara bertanya-tanya apa yang terjadi hingga senyum yang akhir-akhir ini sering muncul di bibir Krasiva menghilang. Belum lagi Krasiva yang sekarang lebih banyak diam hingga membuat Arkara perlahan-lahan takut.
Arkara takut kalau Krasiva tau apa yang ia lakukan dibelakang perempuan itu.
"By,"
"Hm," Balas Krasiva. Bahkan ia tidak menoleh, hanya fokus pada ponsel ditangannya.
"Malam minggu kita kemana?" Untuk sejenak Krasiva menghentikan pergerakan jarinya yang sedang mengetik. Ia menoleh sekilas, membuat Arkara tersenyum.
"Gak kemana-mana."
Senyuman Arkara sedikit memidarw. "Lah? Kamu ada acara?"
Krasiva mengangguk kecil, lalu kembali fokus pada layar ponselnya. Melihat itu membuat Arkara diam-diam mengepalkan tangannya dibawah meja.
"Mau kemana? Sama siapa?" Tanya Arkara kemudian.
"Toko buku. Sama Andra."
Arkara tidak tau kalau rasanya begitu menyebalkan ketika bibir Krasiva menyebutkan nama laki-laki lain. Beberapa hari yang lalu Krasiva memang memberitahu kalau Andra telah menjadi anggota keluarganya. Perempuan itu juga mengucapkan terimakasih karena telah membuatnya berani. Namun, tetap saja seperti ada yang berbeda karena setelah itu Krasiva bersikap seakan menjauh.
"Arkara," Krasiva angkat bicara setelahnya.
"Ya?"
"Pinjam hape kamu." Kali ini Arkara benar-benar menengok, sedikit kaget dengan permintaan Krasiva.
"Mau ngapain?"
"Pinjam aja. Gak boleh?"
Bukannya Arkara tidak memperbolehkan, hanya saja ia belum menghapus pesan-pesannya dengan Manda. Mungkin memang tidak ada kata-kata sayang. Tapi tetap saja, jika membacanya pasti akan membuat Krasiva salah paham setengah mati.
"Hapeku ketinggalan." Bohong Arkara.
Krasiva terdiam sebentar, lalu akhirnya mengangguk dan kembali menatap layar ponselnya. Diam-diam, Krasiva tertawa dalam hati. Jelas ia tau, Arkara berbohong karena tadi ia melihat ponsel laki-laki itu ada didalam laci mejanya.
Arkara ikut diam ketika Krasiva kembali diam. Laki-laki itu hanya diam memandang Krasiva dari samping. Cukup lama, hingga akhirnya Arkara angkat suara.
"Rasiv," Jika Arkara sudah memanggilnya begitu, Krasiva tau kalau laki-laki itu sedang bicara serius. Namun Krasiva tetap berusaha tidak peduli. Perempuan itu tetap sok sibuk dengan ponselnya.
"Rasiv....., aku ada salah ya?"
Krasiva malah ingin tertawa sekarang. Namun ia tetap menahannya dan mengangguk kecil.
Krasiva menoleh, hingga pandangan matanya dengan pandangan Arkara bertemu.
"Menyembunyikan sesuatu bukan kesalahan."
Arkara terdiam, terkejut.
"Karena mungkin.... seseorang melakukan itu untuk menjaga perasaan orang lain dan itu hal yang baik, Arkara."
"Rasiv—"
"Tapi menyembunyikan sesuatu... kadang bisa membuat sesuatu yang tadinya baik-baik aja, menjadi gak baik-baik aja." Sambung Krasiva kemudian. Ibu jarinya mengusap alis tebal Arkara dengan lembut. Krasiva tersenyum, memandangi wajah Arkara dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
Storie d'amoreTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...