Laki-laki yang baru pulang dari sekolah itu berjalan mengendap-endap masuk kedalam rumah ketika melihat siluet pria yang sangat dia kenal sedang duduk diruang keluarga.
Arkara sampai-sampai menahan nafasnya ketika berjalan seperti maling menuju tangga yang akan membawanya kekamar.
"Arkara, come here." Baru saja akan menapak anak tangga pertama, langkahnya langsung terhenti.
Dewi keberuntungan tak berpihak pada Arkara hari ini.
"Eh, ada papi ternyata." Laki-laki yang duduk disofa ruang keluarga itu menggeleng melihat kelakuan putra keduanya.
"Kesini kamu." Arkara meneguk ludahnya, pahit. Dari nada suara papahnya, sepertinya dia akan mendapat masalah.
"Papi kapan pulang? Kok gak monyong-- eh ngomong." Arkara berdiri didepan papahnya. Suasana rumah sepi, bahaya. Gak ada Marina yang bisa membela kalau dia kena marah.
"Papah dapat kabar dari miss Ida, kamu sering alpa pelajarannya. Kenapa? Sudah merasa pintar?" Tuh, kan! Bukannya nanya kabar anaknya setelah dua minggu dari luar kota, ini malah nyemprot aja, ngomel-ngomel. Arkara menggerutu.
"Anu, itu--"
"Anu-anu! Kerjaan kamu bolos terus! Meski nilai kamu bagus terus, tapi jangan anggap remeh hal beginian."
"Iya, Pi." Tatapan Dani-- papah Arkara yang tadinya keras, langsung melunak. Senyum terbit dari bibirnya.
"Bro, mantap gak papah ngomelnya? Udah kayak orang tua, gak?" Arkara mengeryit, kelakuan papahnya sungguh aneh.
"Hah?"
"Mantap gak?"
"Papi aneh, ih! Tadi marah-marah, sekarang sok asik. Bro-bro!"
"Ck, tadi cuma formalitas aja biar kayak orang tua pada umumnya yang marah kalau anaknya buat ulah." Dani nyengir santai, "Lagian biar dikira Raka setiap dia ngadu, semuanya gak sia-sia."
"Raka ngadu?" Dani langsung melempar bantal sofa yang tepat mengenai wajah Arkara.
"Hus! Dia kakak kamu! Raka!Raka! Panggil abang."
"Iya-iya, abang Raka judes." Arkara merengut.
"Play station kamu papah sita."
"Hah? Apa?"
"Hukuman karena suka bolos, buat istri papah kesal, buat Raka gak konsen belajar karena kamu ganggu terus, dan buat mangga tetangga yang kamu malingin." Sungguh Arkara sangat bingung. Bagaimana bisa papahnya tau? Padahal papahnya ini selama dua minggu kemarin berada diluar kota karena urusan pekerjaan.
"Raka ngadu, Mama mu ngadu, miss Ida ngadu." Sambung Dani yang sudah cukup menjawab pertanyaan Arkara didalam hati tadi.
"Papi gak boleh gitu dong! Kalau si item nya disita, Arka main apa?"
"Main terus! Belajar!"
"Tapikan Arka gak bisa tidur kalau belum main sama item! Papi mah gitu" Dani menghela nafasnya, kasihan anaknya ini tergila-gila dengan PS yang diberi nama si item.
"Raka pulang."
"Mama pulang!" Arkara dan Dani langsung menengok kala melihat Marina dan Raka sama-sama baru masuk dari pintu utama.
"Mami!" Pekik Arkara yang langsung membuat Marina berjalan cepat kearahnya.
"Kenapa? Kamu kenapa? Ada yang mukul kamu? Aldo-aldo itu cari masalah lagi?!" Heboh Marina yang langsung menangkup wajah Arkara. Raka yang melihat hanya geleng-geleng melihat kelakuan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...