Krasiva menatap pantulan wajahnya dicermin, lalu kemudian menatap pantulan wajah Manda yang juga berada didalam cermin. Bibirnya tersenyum geli saat Manda bersiap-siap mengambil beberapa alat make up diatas meja rias dengan bibir cemberut.
"Lo mau kemana sih? Tumben banget minta gue dandanin." tanya Manda sambil membubuhkan sedikit bedak diwajah Krasiva. Perempuan itu tidak langsung menjawab, melainkan memundurkan kepalanya kebelakang hingga spon bedak Manda tak bisa menjangkau wajahnya.
Manda berdecak kesal karena merasa dipermainkan. "Lo ngapain mundur-mundur sih?"
"Itu.... apa?" Krasiva menunjuk tempat bedak ditangan Manda.
"Bedak, bego! Emangnya lo kalau keluar gak pake ini?"
"Pake, tapi punya gue warnanya putih ditabur ditangan."
"Lo masih pake pupur bayi, ya!?"
"Pupur bayi?" Krasiva berfikir sebentar, lalu memutuskan mengangguk meski ragu. "Kayaknya iya. Yang tutupnya diputer-puter itu, ya?"
Manda menghembuskan nafasnya berat, lalu menahan kepala Krasiva agar perempuan itu tidak mundur-mundur lagi. "Lo sekarang diem aja. Ambil beres deh,"
"Jangan tebel-tebel, Man! Awas aja kalau muka gue kayak ondel-ondel!"
"Lo gak make up aja udah kayak ondel-ondel."
"Enak aja!" Manda hanya diam, memutuskan untuk fokus pada wajah polos Krasiva. Melihatnya dari dekat membuat Manda tertegun, harus ia akui wajah perempuan itu memang cantik natural hingga membuat siapapun tidak akan bosan jika menatapnya.
Krasiva ikut diam, namun bibirnya masih menyunggingkan senyuman tipis. Manda mengeryit bingung, memikirkan ada apa dengan anak itu. Kemarin, setelah ia dan Maya menemukannya menangis tersedu-sedu didalam dekapan Andra, perempuan itu mendiami semua orang dirumah hingga beberapa hari. Dan hari ini, Krasiva malah mendatanginya dan mengatakan ingin minta didandani.
Kurang lebih 15 menit make up tipis yang membuat wajah Krasiva tampak lebih cantik sudah selesai. Manda sumringah menatap hasil karyanya yang mengagumkan diwajah Krasiva.
"Duh, cantik banget aku." tutur Krasiva sambil tersenyum lebar. Matanya dan mata Manda saling menatap melalui pantulan cermin. Manda mencibir, namun dalam hati membenarkan ucapan pperempuan itu.
"Mau kemana sih?" tanya Manda kemudian.
"Jalan."
"Sama Arka?"
Krasiva mengangguk berkali-kali sebagai jawab iya. "Tapi gue belum bilang kalau mau jalan."
"Lah? Yaudah, bilang sana." Ujar Manda. Matanya beralih pada sisir dan ia mulai menyisir rambut Krasiva yang sebenarnya sudah rapi. Krasiva memegang tangan Manda yang tadinya berada rambutnya, membuat pergerakan Manda terhenti.
"Makasih ya Man, ntar gue beliin es krim, hehe...."
Manda menepis halus tangan Krasiva, lalu kembali menyisir rambut perempuan itu. "Mending kasih tau Arka sana, ntar lo nya udah siap malah gak jadi."
"Iya ini mau bilang." lalu tangannya mengambil ponsel diatas meja rias dan mulai mencari kontak Arkara. Krasiva menempelkan benda itu kedekat telinga, menunggu sambungan telpon diangkat.
[Halo, by?] Suara berat Arkara menyaut. Manda masih bisa dengar karena ia berdiri dibelakang Krasiva.
"Dimana?"
[Dirumah, kenapa? Kamu udah gak marah lagi sama aku?]
"Siapa juga yang marah?"
[Dari kemarin aku didiemin. Aku pikir kamu marah,]
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkrasiv ☑️
RomanceTentang perjuangan untuk mendapatkan, namun yang pada akhirnya dia lepaskan. Krasiva benci peduli dan percaya pada orang lain. Lalu Arkara datang, mengubah yang asing menjadi biasa. Namun sayang, hal biasa tadi kemudian berubah lagi menjadi asing...