Panggilannya Zero. Murid yang tidak pernah menetap pada satu sekolah. Nakal, suka mencari masalah, jarang masuk sekolah, hobi menjahili guru, dan masih banyak lagi. Itu semua menjadi alasan mengapa Zero di keluarkan dari sekolahnya. Bersyukur saja orangtuanya memiliki hubungan yang luas, sehingga dapat mempermudah jalan Zero untuk masuk ke sekolah baru, walaupun cowok itu tidak niat.
Zero tidak suka dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Kalau sudah suka, ia sendiri yang terus mengejarnya sampai dapat.
Cowok ini dikenal oleh seluruh sekolah yang ada di Jakarta karena ia yang asik pindah sekolah. Zero juga terkenal dikalangan geng anak muda karena ia yang selalu menang dalam soal balapan.
Tenang, ia bukan seperti pembalap lainnya yang suka main perempuan. Zero bahkan tidak pernah memiliki pacar selama tujuhbelas tahun ia hidup di dunia. Wajahnya yang memang tampan, selalu bisa menaklukan perempuan. Tapi ia tidak mengandalkan itu.
Zero Gravity. Yakin bahwa bukan hanya ketampanan yang menjadikanmu bernilai, tetapi dengan caramu menghargai surga yang ada dibawah telapak kaki mereka.
Setiap melihat cewek yang terang-terangan memuja ketampanannya, Zero hanya berucap terimakasih. Menghargai setiap perkataan orang atas indahnya ciptaan Tuhan.
Ia pernah suka dengan teman kelasnya, tapi masih tidak tertarik untuk mendekati. Apalagi saat Zero tau ternyata cewek itu sudah memiliki pacar. Sedikit sakit, namun beruntung sakit itu menghilang dengan cepat karena Zero yang kembali dikeluarkan dari sekolah.
Bukan hal yang asing lagi bagi cowok itu. Dipanggil keruang kepala sekolah seperti sekarang, sudah menjadi hal yang sangat-sangat biasa. Murid lain dipanggil hanya sebatas ke kantor guru, tapi Zero sudah langsung ke bagian atasan. Anggap saja ia spesial.
Wanita paruh baya yang duduk dikursi kebesarannya itu, terus mengoceh tanpa berhenti sejak setengah jam yang lalu. Bahkan Zero sudah menghapal kata demi kata yang selalu ia dengar.
"Baru satu bulan kamu pindah ke sekolah ini, tapi banyak sekali masalah yang kamu perbuat. Apakah kamu tidak sayang dengan orangtuamu?"
"Sayang banget, bu." Jawab Zero polos.
"Berani sekali kamu menyahuti saya!" Bentak kepala sekolah itu lagi. Zero menelan ludahnya, padahal tadi wanita itu sendiri yang bertanya. Ia kembali mengoceh panjang lebar karena sikap Zero yang terbilang tidak sopan.
"Apakah disekolah yang sebelumnya, kamu juga seperti ini?"
Zero membuang pandangannya kesegala arah. Kedua jempol ia biarkan menyelip di saku kanan dan kiri. Hening sejenak sebelum wanita itu kembali bersuara.
"Saya sedang bertanya!"
"Kan saya disuruh mingkem tadi." Jawab Zero.
"Jawab sekarang."
"Iya, bu. Saya dikeluarin dari sekolah yang sebelumnya karena saya ganteng."
"Maksud kamu?"
"Eh, maksudnya karena saya sering datang ke sekolah."
"Lalu kenapa kamu dikeluarkan?"
"Nah, saya juga heran bu." Zero menghela nafasnya pelan, seolah pasrah terhadap nasib "Padahal saya udah dateng sampe depan gerbang."
"Cuman sampe depan gerbang? Itu artinya kamu sering bolos!"
"Itu maksud saya" Zero menjentikkan jarinya "Bahasa spanyolnya cabut bu."
Wanita itu bersandar pada kursi. Ia memegang kepalanya seraya menghembuskan nafas berat, membuat Zero menahan kekehannya.
Tepat satu bulan Zero sekolah di SMA Garuda, ia tidak bisa lagi menghitung dengan jari sudah berapa kali ia masuk ke ruangan kepala sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/138265263-288-k279004.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...