ZG - 20

2K 113 8
                                    

Jika aku memberitahumu bahwa itu tidak apa,
kau tahu bahwa itu hanya kata-kata.

***

Arkan menepikan motornya sesuai dengan arah tunjukan Bella. Gadis itu turun dari sana dengan memegang bahu Arkan agar tidak terjatuh. Keadaan di sekitar rumah Bella tetap ramai meski sudah malam seperti ini, cowok itu tersenyum pada tetangga Bella yang kini memperhatikan mereka.

"Makasih," ujar Bella dengan plastik di tangannya.

Arkan mengangguk seraya tersenyum "Jangan lupa dihapal materinya,"

"Sip bos." Bella mengacungkan jempol.

"Gue duluan ya,"

Gadis itu mengangguk seraya berdadah pada Arkan yang memutar motornya "Hati-hati, Kan."

Bella masuk ke halaman rumahnya ketika sudah memastikan cowok itu menghilang dari sekitar komplek. Dengan senyuman yang masih merekah, ia sudah akan membuka pintu utama saat gerakannya terhenti karena mendengar suara motor.

Suara motor yang sudah sangat ia kenal.

Dengan cepat Bella berbalik dan menemukan sebuah motor yang sudah menjauh dari rumahnya. Sudah tidak salah lagi, punggung yang dilapisi jaket hitam itu adalah orang yang baru saja melintas di pikiran Bella.

Ia menatap motor yang semakin menjauh itu dengan mulut yang terbuka.

Perasaan tadi ia tidak melihat Zero sama sekali berada di sekitar rumahnya. Dan lagi, mengapa cowok itu tidak menyapa Bella?

***

Jalanan raya yang begitu padat, tidak menghalang cowok itu untuk melajukan motornya dengan cepat. Jangankan untuk melewati padatnya kendaraan disana, kabur dari polisi saja ia sudah berpengalaman.

Pikiran tentang gadis itu melintas di benaknya. Setidaknya ia sudah terlepas dari rasa khawatir saat menunggu Bella aman sampai di rumah tanpa mengingat ia menunggu gadis itu pulang selama satu jam.

Zero tidak bisa melepaskan Bella begitu saja. Ia tidak mudah melihat gadis itu berboncengan dengan cowok lain. Zero tidak merasa tersinggung kalau ia disebut cowok yang egois, ini caranya untuk menjaga apa yang seharusnya ia miliki.

Egois terhadap kepemilikan, bukanlah hal yang buruk sepertinya.

Memikirkan tarikan gas yang penuh ini, Zero berdecak karena tidak bisa ikut balapan untuk malam ini. Beralasan Ten sendiri di rumah tanpa ada yang menjaga. Bisa-bisa motornya tidak dikembalikan lagi kalau Papanya tau ia balapan dan meninggalkan Ten sendirian.

Masuk ke halaman rumahnya, Zero melihat adiknya yang sedang duduk di tangga teras, tentunya dengan wajah lucu hingga membuat Zero tertawa.

"Pengumuman, bagi emak-emak yang merasa kehilangan anak, harap datang ke lobi sekarang juga." Ia turun dari motor seraya membawa plastik putih.

"Lo kira gue berani malem-malem sendirian di rumah?! Dari mane aje?! Gue lapor sama Papa, liat aja ntar." Mulailah keluar sifat cerewet adiknya.

"Iya, maafin gue. Nih, burger double daging kesukaan lo. Gue beli dua buat lo." Mata adiknya berbinar melihat bungkus plastik yang dibawa Zero "Tapi jangan bilangin Papa," tahannya.

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang