ZG - 45

1.7K 102 3
                                    

Ini tuh WAJIB puter mulmed dulu.

***

Kau mendengar kabar tentangku.
Kau tidak bisa menghilangkan pikiran tentang seseorang menyentuh tubuhku di saat kau sangat dekat dengan hatiku.
Aku tidak menyangkal apa yang mereka katakan, karena sebagian besar itu benar.

Tapi semua itu,
sebelum aku jatuh cinta padamu.

***

Dari atas gedung ini, angin berhembus kencang meniup apa saja yang dapat diterbangkannya. Termasuk selembar foto yang dapat diterpa angin kalau saja tangan itu tidak memegangnya erat.

Sebuah foto yang menunjukkan dua orang sedang tertawa dengan wajah mereka yang dipenuhi coretan hitam. Terlihat sangat bahagia, hingga Zero tersenyum kecil melihat foto itu.

Bayangan gadis itu tidak pernah hilang di dalam benaknya.

Tawanya, senyumnya, tangisan harunya.

Zero menyukai semua hal tentang dia. Apapun itu.

Bahkan ketika bayangan saat gadisnya menangis karena semua hal bodoh yang ia lakukan, dapat membunuh Zero kapan saja.

Ia tidak menutupi bahwa ia adalah pecundang yang tanpa sengaja menyakiti setiap orang di sisinya.

Tiba-tiba suara saat Bella menangis pada malam itu datang menghampiri pikiran Zero. Mengaung keras hingga cowok itu semakin ingin membunuh dirinya sendiri.

Menyakiti Bella adalah hal yang tidak pernah melintas di benak Zero.

Namun, masalah itu datang dengan sendirinya. Membuat Zero menyesal akan masa lalu yang membawanya seperti ini.

Kalau saja ia tidak sebodoh itu.

Kalau saja ia tidak mengajak Bella masuk ke dalam hidupnya.

Kalau saja ia tidak pernah bertemu-

"Aghh!!"

Zero mengacak rambutnya melepaskan rasa apapun yang ada di hati. Duduk di lantai yang berpasir itu dan menunduk, meremas rambutnya sendiri tanpa memikirkan hal lain selain, Bella.

Ada rasa yang teramat hancur disana.

Menusuk hati hingga menimbulkan luka yang tidak berdarah, namun sangat sakit sampai pemilik tubuh itu ingin siapapun dapat membunuhnya sekarang.

Keaadannya kacau, rambut yang berantakan itu serta baju yang acak-acakan.

Zero kembali melihat foto di tangannya, kedua alisnya menyatu dan tanpa rasa malu...

satu air mata mengalir di pipi cowok itu.

Ketika lelaki meneteskan air mata, disitulah titik terlemahnya karena tidak dapat melakukan apapun lagi. Teramat sakit hingga ia sendiri tidak bisa mengatasinya.

Kali kedua Zero menangis.

Pertama, saat kemeninggalan nenek cowok itu.

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang