Hai, cantik. Aku izin untuk mengubah rasa kesal itu menjadi sebuah sengatan berbeda dalam hatimu.
***
Bella tidak bisa tenang selama duduknya kalau belum sampai di lokasi sekolah sekarang juga. Padahal Pak Amat sudah mencoba secepat mungkin untuk sampai, tapi Bella masih saja menepuk bahu pria paruh baya itu, menyuruhnya agar menaikkan kecepatan mobil. Bella kembali melihat jam di tangannya.
7.25
Itu berarti lima menit lagi gerbang sekolah akan ditutup, dan sekarang mobilnya masih terjebak di lampu merah. Bella menghela nafasnya kasar, menggigit jari seolah akan merasa lebih baik.
"Non, nebeng sama temen aja kalo gitu, daripada telat. Macetnya pasti lama," ucap Pak Amat seraya melihat keluar kaca "Itu ada yang make baju sekolah sama kayak non,"
Bella melihat keluar kaca, ia mencari-cari siapa orang yang Pak Amat bilang. Keadaan yang begitu ramai membuat Bella bingung "Siapa, pak?"
"Itu yang pake helm gaul warna item," Pak Amat menunjuk anak cowok yang sedang mencoba melewati mobil-mobil disana.
Bella sejenak mengamati siapa orang itu. Tepat saat motor hitam itu mengarah mendekat pada mobilnya, Bella langsung menggeleng kuat. Terlalu lama tindakan Bella karena Pak Amat sudah lebih dulu membuka kaca mobil.
"Nak? Boleh minta tolong-"
"Boleh, pak." Jawab Zero cepat saat melihat ke dalam mobil, ada Bella di sana sedang menatap kesal ke arah Pak Amat.
"Non, nebeng aja dari pada ntar kena hukum," ucap Pak Amat yang dijawab Bella dengan gelengan. Cewek itu tidak mengucapkan apa-apa setelah menekan tombol penutup kaca.
"Gakpapa telat, daripada sama dia." Bella membuang pandangannya ke jalanan.
Zero tersenyum geli, ia mengetuk kaca di sebelah Bella "Yakin?" Ucap Zero tanpa suara dengan wajah mengejeknya.
Bella membuang wajahnya ke kanan agar tidak bisa dilihat cowok itu. Sebenarnya Bella mau mau saja minta tolong pada Zero, tapi pikirannya berkata lain. Ya, ia terlalu memilih pikiran daripada hati. Bella tidak tau hukuman apa yang akan ia dapat setelah menolak pertolongan Zero.
Salahkan drama korea yang menemaninya sampai jam satu pagi. Kebiasaan Bella kalau sudah baper terhadap lelaki berkulit putih itu, ia tidak akan berhenti dan terus menonton kalau saja ketukan di pintu tidak mengingatkannya untuk sekolah hari ini. Alhasil Bella telat bangun dan akan terlambat ke sekolah seperti sekarang.
Dari sudut mata Bella, ia melihat motor Zero yang menjauh dari sana. Pagi ini Bella menjerit di dalam hati, hanya karena kekesalan terhadap cowok itu ia membuang satu pertolongan. Baiklah, ia akan mengambil pelajaran dari sana. Tapi melihat wajah Zero saja Bella sudah kesal.
Mobil kembali berjalan setelah lampu hijau menyala. Bella bersandar, pasrah akan hukuman yang diberikan guru karena jam terlambatnya ini. Senyuman mengejek dari Zero kembali melintas di kepalanya, membuat Bella kesal bercampur menyesal.
"Pak disini aja!" Ucap Bella saat lima meter lagi mereka sampai di depan gerbang.
"Kenap-" tidak sempat lagi Pak Amat bertanya karena Bella sudah turun dan berlari di trotoar menuju sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...