Tempat yang paling tidak disukai, bisa saja menjadi tempat yang beruntung untukmu. Contohnya ruang kepala sekolah.
***
Pada jam kedua pelajaran, Arkan selaku ketua berteriak di depan kelas, namun tidak ada satupun orang yang mendengarnya. Kecuali Bella.
"Woi! Dengerin gue dulu!"
Masih belum ada juga yang melihat Arkan yang sudah lelah berteriak. Kelasnya selalu saja seperti ini. Hanya akan sepi kalau guru sedang mengajar, kalau tidak, ya seperti inilah modelnya. Bernyanyi, ngedance, menonton video yang sedang hits di instagram, bergosip tentang artis-artis dalam maupun luar negeri.
Bella lelah sendiri melihat Arkan yang masih berteriak. Akhirnya ia maju ke depan dan berdiri di samping cowok itu.
"Arkan mau beli pizza!!!" Bella berteriak keras, mungkin pula terdengar sampai ke kelas sebelah. Seketika kelas sunyi, semua melihat ke depan. Bella tersenyum bangga, ia kembali duduk ke bangkunya. Sekilas ia melihat tatapan datar dari Zero. Huh, siapa peduli.
"Kering tenggorokan gue! Guru lagi pada rapat, jangan ribut kalo gak mau dihukum." Ucap Arkan yang langsung mendapat lemparan kertas dari salah satu siswi.
"Gue kirain pizza beneran, anying."
"Dasar, ketua kelas kere."
Bella tertawa mendengar protesan dari temannya. Dari arah pintu, Hema dan dua cowok lainnya masuk ke dalam kelas dengan wajah yang dipenuhi keringat.
"Lo kenapa?" Tanya Bella pada sahabatnya.
"Di hukum. Telat dateng, padahal lima menit doang." Jawab Hema yang mengambil botol minum milik Bella.
Kedatangan dua cowok yang berjalan di belakang Hema tadi, membuat kelas menjadi ribut. Padahal baru lima menit ketua kelas mengamankan. Ya, mereka serta Radit adalah murid yang dicap nakal oleh sekolah. Dalam waktu seminggu, mereka bisa masuk ke ruang BK sebanyak tiga kali. Itulah yang membuat mereka terkenal di sekolah. Para siswi tergila-gila dengan ketampanan para cowok itu.
"Kumaha, damang?" Tanya Radit pada Haikal. Temannya itu tidak menjawab, ia masih mengipas lehernya dengan buku tipis milik entah siapa.
"Eta saha?" Tanya Doni menunjuk Zero.
"Murid baru. Temen gue dari jaman embrio juga." Jawab Radit.
"Wah. Gue Haikal." Cowok yang tadi asik mengipaskan lehernya, kini salam ala cowok dengan Zero.
"Gue Doni."
"Zero."
Haikal seketika melongo "Lo? Zero?"
Zero mengangguk dengan wajah bertanya mengapa. Doni sama terkejutnya dengan Haikal, mereka saling bertatapan sebelum kembali melihat murid baru itu.
"KingZ?" Tanya Doni.
Zero tersenyum kecil, ia mengangguk.
"ANJAS!" Lengkingan suara Haikal berakhir dengan tepukan buku di atas kepala cowok itu. Ia meringis dengan kemudian tersenyum bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Fiksi RemajaBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...