Little does she know,
he thinks about her too.***
Zero menepikan motornya di salah satu jalanan sepi yang tidak jauh jaraknya dari sekolah. Pohon besar yang rindang menutupi sinar matahari siang hari ini, sehingga cowok itu tidak kepanasan untuk duduk di bangku besi yang tersedia di pinggir jalan.
Setelah mendengar pernyataan dari Bella, pikiran Zero sama sekali tidak fokus pada apapun. Bahkan ini belum waktunya pulang sekolah, tapi Zero tidak bisa lagi bertahan menunggu bel pulang berdering.
Perkataan Bella terulang-ulang di dalam benak cowok itu. Zero merasa semakin menjadi pengecut, yang tidak berani menyatakan perasaannya atau bahkan bisa dikalahkan oleh waktu. Mungkin selama ini Zero terlalu lama berpikir dan bertindak. Kalau saja ia cepat jujur terhadap perasaannya, mungkin tidak jadi seperti ini.
Zero terlalu banyak menyalahkan dirinya. Tidak, ia bahkan tidak terima Bella sudah menjadi milik orang lain. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Tidak mungkin ia menjauh dari gadis itu, ia tidak sanggup.
Ya, Zero sudah jatuh terlalu dalam kepada Bella. Dan ini adalah ujian untuk seseorang yang benar-benar memiliki perasaan yang tulus.
Pranggg
Suara kaleng yang di tendang cowok itu ke tengah jalan.
Wajahnya menampilkan bahwa ia sedang dalam emosi membara. Baju yang dibiarkan keluar menambahkan kesan mengerikan dari cowok itu. Hari ini, Zero memperlihatkan sisi lain dari dirinya.
Sisi yang rapuh.
Bukan Zero yang biasa membuat orang di sekitarnya tertawa lebar.
"Argh!"
Sekilas pikiran terlintas di benaknya, haruskah ia memperjuangkan sesuatu yang sudah dimiliki orang lain?
Tapi Zero tidak pernah diajarkan untuk merebut yang bukan menjadi miliknya.
***
Pagi ini Arkan menjemput Bella untuk pertama kalinya berangkat sekolah berdua. Bermodal motor sport merah milik cowok itu, mereka sampai di parkiran sekolah tepat limabelas menit sebelum bel berdering.
Meski sedikit canggung, baik Arkan maupun Bella sama-sama berusaha untuk berbaur satu sama lain. Seperti halnya di parkiran ini, Arkan adalah cowok yang cukup populer di sekolah, hingga cukup banyak mata yang memperhatikan mereka. Arkan segera mengambil tangan Bella untuk digandengnya, ia sadar gadis itu merasa sedikit tidak nyaman.
"Biar pada tau kita udah official." Bisik Arkan. Bella memukul pelan perut cowok itu dengan wajah yang bersemu merah.
Jujur saja Bella ingin terbang sekarang juga. Sedari kemarin sebenarnya.
"Cie blushing," goda Arkan lagi.
"Eh- mana ada!" Gadis itu menutup kedua pipinya, membuat Arkan terkekeh pelan.
"Jadi ini apa?" Arkan mengambil tangan Bella yang menutup wajah gadis itu.
"Ak-" Bella spontan berhenti berucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Подростковая литератураBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...