Melupakannya sama saja seperti mencari hal yang tidak pernah ku miliki.
***
Buku-buku yang berserakan di atas meja semuanya memiliki judul yang berbeda-beda. Ada yang warnanya merah dengan gambar wajah pahlawan di covernya, ada yang warnanya coklat dan segala macam.
Bella menyalin kalimat yang sudah ia tandai dengan pulpen merah, ke dalam buku tugas. Meskipun gadis ini memiliki jadwal padat di sekolah maupun di luar sekolah, ia selalu meluangkan waktunya untuk belajar walaupun hanya satu jam. Baik itu saat malam hari seperti ini, atau sewaktu bangun tidur.
Di tengah fokusnya gadis ini mengerjakan tugas, handphone yang ada di samping bukunya bergetar menandakan ada satu panggilan masuk. Bella terpaksa berhenti dari menulisnya kemudian melihat layar handphone, seketika gadis itu berdecak. Ia lupa mematikan handphone sebelum belajar.
"Lho? Belum tidur?" Suara Zero terdengar dari sebrang setelah Bella mengangkat panggilan.
"Tidur apaan, tugas aja belom siap." Jawab Bella.
"Udah. Tidur aja, gak usah dikerjain." Saran Zero yang sangat bermanfaat.
"Terus mau lo gue di hukum gitu? Berdua sama lo yang langganan di hukum?" Bella mengambil pulpennya, lanjut menulis dengan handphone yang tertempel di antara telinga dan bahu.
"Iya dong. Eh? Kerasa banget yang selalu di hukum berduaan sama gue. Cieee" goda Zero.
"Nih ya, biar lo tau. Pertama kali gue di hukum tuh-"
"Waktu lo telat gegara gak mau nebeng sama gue?" Sambung Zero memotong ucapan Bella.
Tercipta lengkungan kecil di bibir Bella. Gadis itu tersenyum mengingat moment pertama kali ia mengenal Zero.
"Di hukum itu seru, Quin."
"Seru gigi lo boneng. Cukup deh gue kena hukum, gak lagi lagi."
"Setidaknya lo ngerasain hal baru. Hidup lo gak gitu-gitu aja."
"Iya sih. Gue juga udah ngerasain main-main di rooftop, hehe."
"Secara tidak langsung lo bilang semua karena ada gue."
Bella berhenti menulis, matanya menatap buku namun pikirannya melayang ke arah yang barusan Zero ucap. Memang benar, semenjak kedatangan cowok itu, Bella banyak merasakan hal-hal baru.
"Mau nyoba hal baru lagi?" Tanya Zero dari sebrang.
"Contohnya?" Bella kembali menulis.
"Nikah sama gue,"
Bella meneguk ludahnya. Zero kalau bercanda memang tidak tanggung-tanggung. Padahal hanya bercanda, tapi mampu membuat Bella hampir tersedak angin.
"Yaelah becanda doang, yakali nikahin pacarnya orang. Kan gak lucu ntar gue di santet haha." Cowok itu tertawa garing.
Bella menghembuskan nafasnya cepat "Kan belum tentu juga pacar gue sekarang yang jadi jodoh gue nanti." Jawaban ini mengalir lancar dari mulut Bella tanpa gadis itu cerna sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...