Setelah ku pikir-pikir,
ini tidak lagi murni soal persahabatan.
***
Ini bukan sesuatu yang mudah untuk Bella.
Kemarin, seharian penuh ia khawatir soal cowok yang tiba-tiba hilang kabar selama beberapa jam. Yang entah kenapa Bella harus mengkhawatirkan itu. Ia hanya merasa aneh jika di pagi hari tidak ada yang melempar batu kecil ke jendela kamarnya, disaat yang sama pula ada hal kecil untuk ditertawakan, ada seseorang di sisinya yang selalu ada untuk ia merasa terjaga.
Kemarin, Bella kembali merasakan sewaktu ia menjadi pacar Arkan. Ia merasa ada yang hilang di pagi hari, siang, dan malam.
"Lo hitung sampai seratus, kalau di kepala lo muncul nama atau komuk dia terus, oke fix. Lo cinta Zero."
Ucap Hema yang baru saja mendengar curhatan tiba-tiba dari sahabatnya. Intinya, Bella bingung dengan perasaannya sendiri. Yah, walaupun Hema sudah tidak kaget mendengar isi hati Bella yang sebenarnya. Ia sudah menebak.
Sedangkan Bella, masih tidak nyaman duduk di bangku seraya menggigit pulpen.
"Mungkin ngga sih gue suka sama dia?- gak gak gak! Gak mungkin," Bella menggeleng kuat. Ia menarik nafas, membuang secara perlahan. Begitu seterusnya sampai Hema jenuh sendiri hingga menjitak kepalanya "Awww!"
"Ya mungkin lah! Setiap hari dia punya waktu buat lo, ketawa bareng, nangis berdua, belanja berdua, main berdua, semuanya deh pokoknya. Cewe mana sih yang ga baper?" Sudah sedari tadi Hema merepet seperti ini "Bukan baper malah, lo udah suka sama dia Bel, sukaaa!"
"Kaya lo suka sama abang gue?"
"Itu beda cerita, tolong ya tolong."
Kemudian Bella membenamkan wajahnya di kedua tangan yang terlipat di atas meja. Melihat itu, Hema semakin heran sekeras apa sih kepala Bella?
"Bel, ini hasil ujian punya lo"
Tiba-tiba muncul Arkan dari belakang. Bella kembali duduk tegak dan mengambil kertas yang diberi Arkan.
"Thanks,"
Hanya itu yang Bella jawab, dan kembali ke posisi semula. Sementara Arkan sempat menatap gadis itu, setelahnya ia lanjut berjalan membagi hasil ujian.
Dan kejadian itu dilihat sendiri oleh Hema. Tanpa sengaja, sahabat Bella ini tersenyum kecil.
"Lebih enakan mana, jalan bareng Arkan atau Zero?" Tanya Hema yang berharap Bella menjawabnya dengan jujur.
"Zero lah."
Hema semakin tersenyum lebar. Ia berpikir keras, bagaimana cara menyadarkan seorang Bella yang cukup keras kepala.
"Terus lo masih gak yakin dengan perasaan lo itu?" Tanya Hema lagi.
"Hah? Emang gue bilang apa barusan?" Bella duduk tegak, melihat Hema dengan tatapan bingung.
"Astagaaa!" Hema memutar bola matanya lelah, membuang nafas keras dan memukul lengan Bella pelan menggunakan buku. Setelahnya gadis itu membiarkan Bella berpikir keras akan perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Ficção AdolescenteBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...