ZG - 34

1.8K 109 4
                                    

Kita berada di titik tengah.
Yang mana kalau dijelaskan,
kita tidak tau ini sekedar teman atau lebih dari itu.

***

Sesampainya di rumah setelah menemani Zero belanja, Bella cukup gerah karena asik tertawa bersama cowok itu dan kini ia sudah selesai membersihkan diri. Tadi Bella sempat berlama-lama di bawah pancuran air, memikirkan perasaannya sekarang ini yang sedang campur aduk.

Sebenarnya, ia juga tidak paham akan apa yang ia rasakan. Memikirkan Arkan, dan disaat yang sama pula ia merasa bergantung terhadap Zero karena cowok itu mampu membuatnya jauh lebih baik.

Bergantung dalam artian lain.

Tanpa sadar gadis itu menggelengkan kepalanya, kenapa pula ia memikirkan itu?

Bella masih memperbaiki handuk di atas kepalanya ketika handphone berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk. Dahi gadis itu berkerut heran saat mengambil hp, tumben sekali Jenny menelfon di malam hari.

"Bel?" Sapa Jenny dari sebrang. Suaranya sangat rendah, seketika membuat Bella khawatir.

"Iya, Jen? Ada apa?" Tanya Bella mulai panik. Ia duduk di pinggir kasur.

Sejenak hening dari sebrang, membuat Bella semakin merasa ada yang aneh dengan sepupunya itu.

"Ini hari senin kan ya?"

Astaga. Bella tau Jenny memang suka bercanda, tapi tidak untuk sekarang.

"To the point, Jen. Lo kenapa?" Tanya Bella dengan sedikit memaksa "Jarang-jarang lo nelfon gue kalo lagi gak ada apa-apa."

"Bel,"

Bella semakin khawatir. Suara Jenny bergetar hebat.

"Maafin gue,"

"Lo kenapa sih?" Bella takut mendengar pernyataan Jenny barusan "Plis bilang sama gue ada apa, jangan buat khawatir gini dong."

Dan Bella mendengar isak tangis dari sebrang.

"Jenny, jangan nangis. Oke? Atau gue ke rumah lo sekarang?" Ujar Bella panik.

"Engga! Jangan, Bel. Gak usah" Tahan Jenny cepat. Seharusnya ia tidak menangis.

"Ada yang gangguin lo? Siapa orangnya?" Mungkin Bella terlalu panik, sampai lupa bahwa Jenny tipe perempuan yang ditakutkan oleh teman-teman sekolahnya.

"Engga, Bel. Gue gakpapa."

Bella menghela nafasnya keras "Gue gak bodoh. Lo nangis pasti ada alasan. Sekali lagi gue tanya, atau sekarang gue ke rumah lo. Lo kenapa?"

Kembali hening dari sebrang. Bella meremas seprai, ia paling tidak bisa melihat orang terdekatnya seperti ini.

"Gue lagi di Jerman. Minggu depan balik ke Indo. Lo... di rumah kan, Bel?" Tanya Jenny dengan suara rendah.

"Tapi gue mau dengar kenapa lo tiba-tiba nangis, mati penasaran gue nunggu lo sampe minggu depan." Bella masih memaksa.

"Bel," panggil Jenny dengan bergetar.

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang