ZG - 22

1.9K 106 0
                                    

You look happier.

***

"Zero!"

Bella mengejar Zero yang sudah berbelok di ujung lorong. Padahal suaranya sudah berada di volume paling tinggi saat memanggil cowok itu untuk berhenti, tapi Zero hanya tetap berjalan cepat seakan tidak mendengar Bella memanggilnya.

Tadi saat berada di kantin bersama Arkan, ia melihat Zero berjalan santai sendirian melewati kantin. Bella baru sadar kalau keadaan Zero tidak seperti biasanya, terlihat dari lingkaran hitam di bawah mata cowok itu. Terlebih wajah Zero yang agak mengerikan dari sebelumnya.

Akhirnya Bella memutuskan untuk mengikuti Zero dengan berkata pada Arkan, ia ingin ke toilet sebentar.

"Nol! Di panggil dari tadi juga." Sambar Bella langsung dengan nafas yang terengah selesai berlari.

Disana Zero sedang berdiri menghadap dinding kaca, mungkin ia ingin melihat pemandangan sekolah yang terlihat dari kaca tembus pandang itu, pikir Bella.

Dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, Zero menoleh ke arah Bella "Serius? Gue gak dengar masa,"

"Yaelah, budeg. Makanya tahi telinga jangan dipelihara." Bella mendekat dan berdiri di samping Zero. Ia menepuk bahu cowok itu, menunjukkan kekesalannya.

"Mendingan pelihara ayam teletabis daripada pelihara tahi telinga. Kan unyu tuh, warna-warni, gemesin." Zero terkekeh pelan.

"Gue saranin pelihara bunglon, kan keren tuh selalu ganti warna. Biar lo gak bosen juga," Bella mendekat ke arah kaca, ikut-ikutan melihat pemandangan sekolah.

"Gue mau pelihara lo aja. Gak bakal bosen dah pasti." Zero menarik pelan ujung rambut Bella.

"Lo kira gue hewan?"

Cowok itu kembali tertawa pelan, ia terus memainkan ujung rambut Bella. Jujur saja perasaan Zero semakin sakit kalau melihat wajah gadis itu, ia sengaja tidak menoleh saat Bella memanggilnya. Zero sudah berusaha agar menjauh dari Bella, tapi apa? Ia tidak bisa.

Dari hati yang terdalam, Zero tidak bisa melakukannya.

Zero menjauh, Bella memanggilnya. Bagaimana mungkin ia bisa? Ia pun sadar saat sudah terikat dengan gadis itu.

Setidaknya Zero dapat ber-akting seakan baik-baik saja di depan Bella.

"Balik gih, ntar Arkan nyariin."

"Bentar," Bella menoleh ke arah Zero "Gue mau nanya, ini kenapa?" Gadis itu menunjuk bawah mata Zero yang menghitam.

Zero menatap Bella yang asik memperhatikan wajahnya "Ini juga," Bella menunjuk Zero dengan memutar telunjuknya di sekitar wajah cowok itu. Pucat.

Tidak bisa menahan rasa sakit yang semakin bertambah, Zero mengerutkan alisnya dengan kemudian perlahan menurunkan tangan Bella dari wajahnya.

"Tadi malam ada MotoGP di tipi, sebagai adiknya Marquez, gue harus nonton dia"

"Jadi maksud lo, gegara MotoGP lo kelamaan tidur?"

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang