Putar dulu itu yang di mulmed😗
---
Baby let me be your man,
then i'll take care of you.
For the rest of my life.***
Bella bersyukur di dalam hati ketika menemukan Radit di depan pintu club sesudah ia tertatih membawa Zero untuk keluar dari tempat itu. Atas bantuan Radit pula akhirnya mereka sudah bisa kembali dengan keadaan selamat.
Dari yang Bella dengar selama perjalanan mereka ke apartment Radit, dia yang mengantar Zero ke club atas permintaan Zero sendiri. Namun ia tidak boleh masuk ke sana untuk sekedar membantu Zero, karena itu sama saja mencari masalah baru.
Dan Zero sudah tau semua akan menjadi seperti ini. Ia sudah terlebih dahulu menyuruh Radit menunggu di luar club, dan entah dasar apa Zero bisa izin ke papanya untuk tidur di apartment Radit malam ini.
Bella semakin bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada cowok itu. Masalah apa yang belum Bella ketahui tentang Zero?
"Bel, lo mau tidur di kamar gue aja? Biar gue disini jagain Zero." Kata Radit seraya menunjuk posisi mereka yang ada di depan ruang TV. Melihat kondisi Zero yang masih sangat mabuk dan setengah sadar, sepertinya lebih bagus kalau mengurus Zero secara laki-laki.
Tentu saja Bella tidak mau meninggalkan cowok itu.
Melihat gelengan kepala Bella, Raditpun tidak bisa memaksa.
"Bel..."
Suara berat dan serak itu memanggil Bella pelan. Bella mendekat pada Zero yang berbaring di atas sofa, cowok itu memanggil dengan mata tertutup. Mirip seperti orang mengigau.
"Iya Zero, gue di sini" Gadis itu mengambil tangan Zero untuk digenggam, yang baru Bella sadari ternyata ada luka di jari-jari cowok itu. Bella panik seketika, ia berbalik untuk melihat Radit di belakangnya "Dit, tolong obat merah sama perban,"
Radit segera berbalik dari sana tanpa bertanya untuk apa. Yang jelas ia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
Bella langsung membersihkan luka Zero ketika Radit kembali dengan membawa kotak P3K. Ada lebam, luka, dan seperti ada memar kecil di jari-jari cowok itu. Bella bingung, tadi ia tidak ada beradu fisik dengan Reza. Lalu, dari mana datangnya luka ini?
"Bego..." gumam Bella seraya memasang perban, satu tetes air matanya jatuh ke pipi.
"Em, Bel? Gue ke kamar dulu, ya? Soalnya nyokap nelfon. Kalo ada apa-apa panggil aja," ujar Radit dengan tidak enak. Melihat tidak ada jawaban, cowok itu berlalu dari sana.
"Bel..." panggil Zero lagi. Cowok itu meracau dengan memanggil nama Bella. Matanya masih terpejam tanda ia masih belum sadar sepenuhnya. Keadaan mabuk masih menguasai tubuh cowok itu.
"Zero, gue di sini" tangan Bella terangkat untuk ditempelkan ke kedua pipi Zero.
"Bel..." mata cowok itu perlahan terbuka, bertemu tatap dengan bolamata Bella yang mengeluarkan setetes air di sana.
"Bel..." Sesekali ia meringis karena kepalanya terasa sakit sekali. Gadis itu mengangguk beberapa kali sebagai jawaban, keadaan Zero membuatnya merasakan sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Dla nastolatkówBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...