Saya berusaha, karena saya manusia.
***
Kalau bukan karena tugas kelompok sialan itu, Bella tidak akan berada di satu meja yang sama dengan cowok tengil yang kini sedang bernyanyi tidak jelas. Sewaktu jam istirahat kedua, Arkan mengatakan tugas kelompok akan dikerjakan sepulang sekolah. Alhasil, hanya mereka bertiga yang berada di dalam kelas, sedangkan murid lain sudah berlalu pulang.
Arkan yang serius dengan rangkaian kata-katanya karena ini memang tugas bahasa Indonesia, Bella yang sedang menempel gambar tokoh berpengaruh di dunia itu, dan Zero yang asik menggambar di halaman belakang bukunya.
"Dam du bidam aku padamu, i love you..." Zero menyanyikan lirik lagu yang terdengar mengerikan di telinga Bella maupun Arkan. Sedari tadi memang mereka berdualah yang mengerjakan tugas, Zero hanya menumpang duduk di kelompok ini.
"Lihat jurus yang kan ku berikan, jaran-"
"Bising!" Bella menggebrak meja. Bukannya tersinggung, Zero malah tersenyum manis.
"Bagus banget ya suara gue? Ntar, biar nyanyi lagi" Zero menarik nafasnya "Dam du bidam- aw!" Sebuah buku melayang ke wajah cowok itu, Zero mengusap hidungnya yang kini memerah.
"Lo gak liat kita lagi serius apa! Udah gak ikut ngerjain, buat ulah pula."
"Gue cuman nyanyi, nyumbang suara emas. Biasanya sih gue di bayar mahal, tapi kali ini gratis aja deh."
"Mending lo pulang." Ucap Bella final.
"Terus lo berduaan sama dia, gitu? Big no, girl." Zero melipat tangannya di dada.
Melihat Zero yang sepertinya sudah bisa diam, Bella kembali melanjutkan tempelan gambar pada kertas. Arkan memang diam, tapi ia juga merasa terganggu dengan tingkah Zero.
Dari sudut matanya, Bella melihat cowok itu kini memilih untuk bermain dengan handphonenya. Lebih baik seperti itu dari pada mengundang kebisingan.
"Kabhi khushi kabhi gham... haaa..."
Ternyata keheningan Zero hanya untuk sementara. Bella memutar bolamatanya malas serta menghela nafasnya keras.
"Bel, biar gue aja yang kerjain di rumah." Ucap Arkan yang tidak bisa fokus sedari pertama kerja kelompok di mulai, tentu saja karena Zero.
"Yah-" Bella merasa tidak enak dengan Arkan, sebagian hatinya merutuki Zero yang kini sedang tersenyum menang "Gue juga mau bantu,"
"Kalo gitu kita bagi tugas. Lo nyari biografinya di gramedia, pasti lengkap disana" Arkan membereskan bukunya untuk dimasukkan ke dalam tas.
"Itu doang?"
Arkan mengangguk, kemudian tersenyum pada Bella "Gue duluan ya," cowok itu berdeham sebelum beralih pada Zero "Gue duluan." Ia melewati Zero meski tidak ada sahutan untuknya.
Bella bersandar di kursinya, menatap meja dengan pandangan kosong. Mata Zero tidak lepas dari gadis itu. Ia memang tidak pernah berpacaran, tapi bukan berarti ia tidak tau tentang hal menyangkut perasaan.
"Yuk," kata Zero yang baru siap membereskan buku di meja. Ia juga memasukkan buku ke dalam tas Bella yang berada tidak jauh dari jangkauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...