You've got a smile, that could light up this whole town.
***
Hari minggu adalah hari malas-malasan bagi sebagian orang, termasuk Bella. Saat cahaya matahari mengintip dari balik gorden, barulah gadis itu beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
Hanya sekedar membasuh wajah, dengan melenggang cantik Bella pun keluar dari kamar mandi. Bertepatan saat ponselnya bergetar di atas nakas, ia mengambil benda pipih itu kemudian membuka gorden membiarkan cahaya memenuhi ruangan bernuansa feminin itu.
Dan seketika saja cahaya matahari mengalahkan terangnya sinar yang menembus hati Bella sekarang.
Nol
Morning, beautiful.Hanya dua kata, tapi bisa menarik kedua sudut bibir merah muda itu tertarik sampai atas. Bella menggigit jarinya dengan mata yang terus-menerus membaca ulang pesan baru dari Zero.
Jari-jari Bella mengetik di layar hp, sempat bingung untuk menjawab apa karena sebelumnya ia tidak pernah merasa seperti ini.
To: Nol
Pagi-pagi udah buat melting."HAH?!"
Bella menutup mulut dengan tangan, matanya terbuka lebar melihat pesan yang baru saja terkirim. Pasalnya bukan pesan itu yang ingin Bella kirim.
Dasar, jempol sialan. Pagi-pagi sudah membuat orang malu setengah mampus.
"Mati deh gue!"
Jantungnya deg-degan, diserang panik yang teramat sangat, Bella melempar hp ke atas kasur kemudian membuka jendela dan menarik nafas panjang sampai berulang kali. Udara segar di pagi hari namun terasa pahit di mulut Bella.
Sembilan puluh lima persen malu, sisanya rasa kesal.
Kemudian ia melihat di hp ada sebuah panggilan masuk, Bella meracau tidak jelas.
"Mau taro dimana komuk gue... yaelah, Bel. Baru juga jadian," gadis itu mengacak rambutnya yang memang sama sekali belum di sisir.
Dan Bella tidak bisa tenang sekarang. Berjalan bolak-balik beberapa kali sampai akhirnya memilih menahan malu dengan mengangkat panggilan. Matanya terpejam, seolah tidak mau mendengar ejekan dari sebrang sana.
"Baru bangun, ya?"
Kenapa...
suara Zero selembut dan sehalus ini?
"Halo?" Sapanya dari sebrang karena tidak mendengar jawaban Bella. Gadis itu masih menuntut kenyataan untuk memberinya jawaban, apakah orang ini Zero yang asli atau bukan?
Biasanya Zero selalu bercanda dengan Bella. Jarang ada nada keseriusan atau suara lembut seperti barusan.
"I- iya baru bangun, ehe" Bella menggigit bibirnya dari dalam.
"Kalo lagi cape banget, istirahat aja lagi. Bantu mama masak dulu tapi,"
Mengingat kejadian di club kemarin, Bella menelan ludah "Biasanya mama jam segini lagi di pasar bareng Bu Leli,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...