Memaafkan orang yang tidak meminta maaf, itulah arti kuat yang sebenarnya.
***
Jam pelajaran pagi ini dipenuhi ketegangan dan gugup dari setiap siswa. Semua menunduk, tidak berani melihat ke pria berkacamata yang sedang memeriksa tugas di mejanya.
Siapa yang tidak mengenal guru terkejam di SMA Elang itu. Tidak ada satupun murid yang berani melawannya, bahkan anak pemilik sekolah sekalipun. Pria itu tidak memandang jabatan atau apapun yang berbau ketidakadilan, ia selalu menatap siswa sama rata.
Sama halnya dengan tumpukan buku yang ada di atas meja. Satu persatu buku itu di lempar ke lantai karena kesalahan dalam mengisi jawaban. Suara lemparan buku itu membuat semuanya terpekik kaget. Bukan hanya satu buku, tapi hampir semua.
Pria berkacamata itu diam, namun wajahnya menunjukkan rasa amarah yang begitu. Seisi kelas harap-harap cemas jika setelah ini mereka dihukum atau dibuat malu di hadapan sekolah.
Satu buku lagi yang tersisa di atas meja, buku terakhir dari tugas yang mereka kumpulkan.
"Buku gue," ucap Bella pelan dengan intonasi gugupnya. Tadi dia yang pertama mengumpul tugas, karena itu Bella tau bukunya berada di paling bawah. Gadis itu menunduk dan memainkan jari. Pergerakan dari Bella jelas saja tidak lepas dari mata Zero yang duduk di belakangnya.
Zero menatap tajam ke arah meja guru. Ia terus memperhatikan pria yang sedang memeriksa benar atau salahnya dari tugas mereka.
Tepat saat pria itu melempar buku milik Bella ke lantai, Zero langsung bangun dari duduknya. Suara gesekan meja membuat seisi kelas menoleh ke arah Zero. Rahang cowok itu mengeras, tidak kalah garang dari seorang pria yang duduk di kursi guru itu.
"Apa maksud bapak membuang semua buku ke lantai?" Tanya Zero dengan lantang.
Pria berkacamata itu mendongak "Kamu bertanya lagi?" Mata tajamnya membalas tatapan Zero "Sudah jelas semua murid di kelas ini salah menjawab soal yang saya berikan."
"Setidaknya teman-teman saya sudah mencoba menjawab pertanyaan sulit yang bapak berikan, dengan gampangnya bapak membuang buku ke lantai." Emosi Zero memuncak.
"Kamu murid baru, belum tau cara mengajar saya di sekolah ini. Jadi diam saja."
"Sepertinya selama ini semua siswa hanya diam, tapi tidak dengan saya."
Semua menatap tidak percaya ke arah Zero. Tidak pernah dalam sejarah ada yang berani melawan guru killer itu.
"Maksud kamu?" Tanya pria itu. Kali pertama ia melihat murid melawannya.
"Percuma bapak jadi guru kalau belum bisa menghargai hasil kerja murid. Jangan salahkan saya melawan bapak, karena saya tidak memandang siapapun atas kebenaran, baik itu guru saya sendiri."
Pria berkacamata itu memukul meja dan bangun dari duduknya. Dadanya naik turun karena emosi dengan murid yang satu itu.
"Setiap buku yang ada di lantai, sudah mengartikan seberapa rendahnya cara bapak mengajar." Ucap Zero sarkastis "Saya akan menghapus julukan kejam yang ada untuk bapak."
Setelah mengatakan itu, Zero menarik tangan Bella untuk keluar dari kelas.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Novela JuvenilBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...