ZG - 38

1.9K 116 2
                                    

Akan tiba masanya. Ketika kau menatap seseorang, kau berjanji untuk terus membuat dia tersenyum seumur hidupmu.

***

Zero merangkul Bella seraya berjalan ke kelas. Keduanya tertawa mengingat saat di dalam perjalanan ke sekolah, mereka kembali mengejutkan beberapa orang di jalanan. Bella mengeluh sakit perut karena terlalu kuat tertawa, begitu juga Zero.

Sesampainya di depan kelas, tawa yang pecah seketika berubah menjadi hening. Zero masih merangkul gadis itu dengan satu tangannya lagi dimasukkan ke dalam saku celana. Bella berkedip tiga kali melihat Hema, Radit, dan Doni berkumpul di meja guru menatap tajam ke arah mereka. Dengan posisi Hema duduk di kursi guru, Radit di meja, dan Doni berdiri menyandar di samping papan tulis.

Sudah seperti preman yang menunggu mangsa di depan lorong.

Baik Zero dan Bella sudah tau apa maksud dari teman-temannya ini.

Perlahan Zero melepas tangannya dari pundak Bella, mereka berjalan mendekat dengan wajah tak berdosa. Bella agak sedikit kaku mendapat tatapan tajam Hema.

"Pacaran ga ngasih tau kita-kita, konon lo berdua nikah? Udah punya anak lima baru ketauan, tai." Ujar Doni yang memang tidak bisa menahan mulutnya.

"Banyak banget ah lima, kasian cewe gue." Dengan santainya, Zero malah kembali merangkul Bella. Gadis itu memukul pelan perut Zero dengan sikunya.

"Hem," panggil Bella tersenyum sumringah.

Hema melipat tangan di dada "Udah berapa lama? Sembilan bulan?"

"Lo kira Ibu mengandung??" Doni langsung berdiri tegak.

"Gue nanya berapa lama hubungan, anjir."

"Ki-kita gak ada apa-apa kok, beneran" Bella masih merasa canggung, karena awalnya ia dan Zero memang seorang teman dekat.

"Apa-apa nih pasti,"

"Bel, lo gak bisa bohong sama gue."

"Terus, jam dua pagi itu apaan dong? Astaga, lo berdua buat gue iri. Gini-gini gue belum pernah rasa, gusti."

Sontak Zero dan Bella membelalak, menoleh pada Doni yang masih asik dengan curhatan irinya.

Benar-benar.

"Jadi... ya gitu, gue masih belum nyoba itu-ituan. Jangan bilang gue gak normal ya gais, karena sebenarnya gue-"

Keduanya menghiraukan ucapan Doni, beralih pada Radit yang sudah membuang arah matanya sambil bersiul menyanyi. Bertindak seolah ia tidak mendengar dan tidak terlibat apapun.

"Radit Adiatama." Panggil Zero dengan suara beratnya. Sedangkan Bella sudah mati-matian menahan malu, apalagi saat Hema menatapnya semakin intens meski Bella tidak tau sahabatnya itu menahan tawa sedari tadi.

"I-iya, saya?" Radit tersenyum kecut. Karena sudah pasti, berita dari semua ini asalnya dari Radit sendiri.

***

Selama jam istirahat, mereka berlima berkumpul di kursi pojok. Terkecuali Haikal, cowok itu duduk di dekat jendela seraya memandang keluar. Apa yang membuat Zero sedari tadi melihatnya adalah, Haikal terlihat tidak baik-baik saja. Di mulai dari cowok itu telat hadir ke sekolah dan dimarahi guru. Sepertinya bukan itu alasan Haikal diam seperti ini.

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang