ZG - 40

2K 124 1
                                    

Sesuatu yang di mulai akan memiliki akhir. Baik maupun buruk, semua tergantung cara kita melewatinya.

***

"Yuhuuu!" Bella merentangkan tangan, menikmati udara sejuk yang menyentuh kulit "Kaya nya punya rencana bangun rumah disini deh, adem banget!"

Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah mendiang nenek Zero. Kampung yang tidak begitu luas nan sejuk itu.

"Bangun rumah berdua dong," sahut Zero.

"Jangan. Kita tetanggaan aja nanti, hehe" ucap Bella bercanda.

"Kan gak lucu suami istri tetanggaan, gimana sih ah" Zero tersenyum geli, ia melihat Bella dari kaca spion.

"Oh, udah sah dulu ceritanya?"

Sedari awal perjalanan, mereka terus berbincang hal-hal yang tidak masuk akal dan tertawa karena candaan ringan. Zero mengajak Bella ke sana sepulang sekolah tadi. Awalnya mereka ingin pergi memancing ikan atas ide Bella, tapi cowok itu mengatakan cuaca hari ini tidak terlalu bagus. Alhasil, besok mereka akan memancing. Tentu saja Bella senang karena pengalaman barunya akan bertambah.

Sesampainya di tujuan, tanpa diajak pun Bella sudah lebih dulu turun dan masuk ke rumah itu.

"Astaga!"

"Yasalim!"

Suara kaget terdengar bersamaan dari dua perempuan di depan pintu. Bella kaget melihat wanita paruh baya dan wanita itu juga kaget melihat ada orang tiba-tiba muncul di depan pintu.

"Sudah aing duga," ujar Zero melihat keduanya.

Wanita itu melihat Zero, kemudian melihat Bella lagi, bergantian sampai akhirnya ia tersenyum "Ooo, pacar nak Zero ternyata. Bibi kirain siapa, hehe maaf ya ngagetin," kata Bibi terhadap Bella.

"E-eh engga kok bik," Bella sedikit canggung setelah tadi sempat mengelus dadanya karena kaget.

"Bik, pacar Zero namanya Bella" Cowok itu memperkenalkan dengan cara yang lucu "Quin, ini Bik Ratih yang jagain rumah ini" Kata Zero pada Bella.

Gadis itu tersenyum ramah, ia menyalami tangan Bik Ratih. Tentu saja wanita paruh baya itu kembali kaget, yang dibalas senyuman oleh Zero.

"Kalo gitu kita ke atas dulu ya, bik" kata Zero lalu menarik Bella naik ke lantai atas.

"Ntar bibi anterin minuman ke atas, nak Zero" teriak Bi Ratih yang dijawab Zero dengan acungan jempol.

Sesampainya di lantai atas, ternyata ada beberapa kamar dengan pintu yang sama. Tapi Zero mengajak Bella ke pintu paling pojok kanan, menyadari gadis itu bahwa kamar yang satu ini tidak beda jauh luasnya dengan kamar Zero di rumah. Hanya saja di sini tidak ada piano atau lukisan wajah cowok itu.

"Tebak-tebak berhadiah, ini pasti kamar kamu" gadis itu melepas tasnya dan meletakkan di atas meja belajar.

"Bukan, kamar Bik Ratih." Ujar Zero yang mengundang kekehan kecil. Cowok itu melepas baju, sempat membuat Bella memalingkan wajah dan ternyata Zero mengenakan baju kaos berwarna putih sebagai dalaman.

"Keliatan banget cucu kesayangan, kamarnya luas gini"

Zero berjalan ke arah balkon "Gimanapun luasnya, tetep aja sepi"

Zero GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang