Best gift from God,
It is you.***
"Pelan-pelan,"
Bella sangat berhati-hati saat melangkah menaiki bebatuan yang mengarah ke tebing di pinggir laut ini. Tebing yang tidak terlalu tinggi, sekiranya masih bisa dinaiki tanpa alat bantu.
Zero berada di belakang gadis itu, menjaga Bella agar tidak jatuh. Satu tangannya bergenggaman dengan Bella untuk membantu gadis yang sama sekali tidak berpengalaman melewati jalan bebatuan itu.
"Masih jauh ke atas- Aduh!" Bella terpekik, ia salah menginjak batu yang agak miring sehingga hampir saja jatuh kalau tangan Zero tidak menahan pinggangnya.
"Tuh kan," Zero membantu gadis itu kembali berdiri.
"Mau nyalahin aku?" Sambar Bella dengan wajah yang masih panik karena ia kira nyawanya sudah melayang.
"Engga, mau nyalahin batunya." Sahut Zero mengejek "Ada yang luka?" Cowok itu berjongkok memeriksa kaki Bella.
Bella menggeleng, mereka kembali berjalan sesudah Zero yakin bahwa Bella tidak kenapa-kenapa, namun dapat Bella rasakan genggaman Zero semakin kuat. Cowok itu melangkah kalau Bella melangkah, menuntunnya agar mudah melewati jalan bebatuan ini.
"Hati-hati, bentar lagi nyampe ko."
Ternyata butuh sekian belas menit untuk sampai di atas tebing ini.
Bella menganga.
"Cantik banget," dua kata yang mewakilkan segala keindahan yang Bella lihat dari atas tebing ini.
Tidak menyesal sudah berjalan di bebatuan yang membuat Bella beberapa kali hampir terjatuh, dan rasa lelah itu tidak seberapa ketika sudah melihat indahnya pemandangan dari atas tebing.
Dari atas sini, lautan biru yang sangat luas sangat terlihat indah. Tebing-tebing yang lebih tinggi mengisi pemandangan di pinggir pantai, langit biru yang terkena cahaya matahari sore menambah kesan yang teramat sangat indah.
Zero ikut tersenyum, menyelipkan rambut Bella ke belakang telinga agar tidak mengganggu pemandangannya untuk melihat Bella dengan jelas.
"Kamu udah tau lama tempat-tempat kaya gini?" Tanya Bella yang baru selesai mengagumi keindahan dari atas tebing.
Zero menaikkan kedua bahunya seraya tersenyum, seolah memberi jawaban 'ya'.
"Dulu aku suka main pantai, jadinya sering dibawa kesini."
Mulut Bella membulat seolah mengerti, ia kembali melihat pemandangan di sekelilingnya. Terlalu indah, sampai Bella tidak berhenti tersenyum menyadari ia banyak sekali melewati hal-hal baru bersama Zero.
Dan Bella suka itu.
"Duduk yuk," ajak Zero yang entah sejak kapan membentang kain di sana.
Ternyata itu alasan Zero membawa kain di bahunya selama mereka melewati jalanan bebatuan tadi.
"Satu jam duduk di mobil cape juga yes," ujar Bella sambil duduk "Plus naik ke atas tebing ternyata nguras tenaga" gadis itu menutup matanya dan sedikit mendongak, menikmati tiupan angin yang begitu sejuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Teen FictionBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...