Ada mas Justin di mulmed, putar ya;)
***
Berikan aku waktu untuk menatapmu sekali lagi.
Berikan aku waktu untuk bersyukur atas dirimu yang pernah hadir.
Sebelum aku tersadar bahwa seumur hidup, aku membutuhkanmu.***
"Bel!"
Gadis itu menoleh, melihat Radit yang baru selesai berlari mengejarnya. Cowok itu mengajak Bella ke halaman belakang sekolah. Meski heran, ia tetap mengikuti Radit dari belakang.
Sesampainya di sana, Bella duduk di bangku besi yang ada di bawah pohon. Dahinya berkerut melihat Radit yang menatapnya tanpa bisa diartikan.
"Kenapa?" Tanya Bella seraya mengikat rambutnya menjadi satu.
Radit membuang pandangannya ke rumput-rumput, menggigit bibirnya seolah ia bingung akan mengatakan apa.
"Em, Zero kenapa ga dateng?" Tanya Bella lebih dulu. Ia sudah penasaran sejak pagi, pasalnya Zero absen selama dua hari. Membuat Bella khawatir setengah mati.
Radit menelan ludahnya "A-anu" ia bingung memulai dari mana "Sebelum gue cerita, gue minta lo jangan bertanya apapun sebelum gue selesai."
Perasaan Bella mulai tidak enak.
"Oke?"
Gadis itu mengangguk. Radit duduk di sebelah Bella, menarik nafas dalam dan akhirnya memutuskan untuk memberi tahu Bella atas semua yang terjadi. Tanpa sepengetahuan Zero, karena ia pikir ini akan menjadi yang terbaik untuk mereka.
"Apa yang lo dengar gak sepenuhnya bener,"
"Maksud-"
Radit menatap Bella, memberinya peringatan untuk tidak bertanya. Bella kembali membungkam mulutnya dan duduk diam mendengarkan.
"Gue tau kalian sama-sama bego." Ucap Radit lagi "Yang satu mudah banget percaya sama orang, yang satu cuman bisa pasrah."
"Tapi gue gak mengatakan kalau Zero sepenuhnya salah. Justru dia hanya diam karena itu salah satu yang terbaik buat kalian."
Radit menghela nafasnya pelan. Mereka sama-sama melihat ke depan dengan pikiran masing-masing.
"Dan gue gak bilang bahwa Jenny salah," Radit sedikit tercekat "Karena Jenny gak tau apa-apa. Dia cuman mengatakan apa yang terjadi dengan kandungannya."
Bella terkejut, menoleh ke arah Radit karena perkataan cowok itu seperti memberikan petasan yang bisa meledak kapan saja kepada Bella.
"Waktu lo nyalahin Zero seolah Zero yang jadi ayah dari anak Jenny, dia cuman bisa diem. Dia gak ngelawan, bertindak seolah itu semua benar adanya."
Radit menoleh "Ini semua demi lo, Bel. Lebih baik kalian putus daripada lo masuk lebih jauh ke dalam masalah Zero."
Nafas Bella tercekat, ia tidak menyangka bahwa Zero melakukan semua ini hanya demi Bella dan merelakan hubungan mereka sia-sia.
"Ketika kalian gak ada hubungan lagi, Reza juga gak bakal ganggu lo lagi. Zero cuman ingin dia sendiri yang mengatasi masalah, tanpa adanya lo di sana. Dia gak ingin lo kenapa-kenapa, Bel."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Gravity
Fiksi RemajaBerawal dari si pembalap terkenal di kalangan anak muda yang hobi menjahili guru dan tidak pernah menetap pada satu sekolah. Membawanya untuk bertemu dengan gadis yang meyakini bahwa si pembalap itu memang trouble maker dan pemain perempuan. Menjad...