Bunga Mawar

329 4 1
                                    

"Kyaa!"

Aku mendengar suara jeritan yang memekakkan telinga. Meski berada di lantai dua, jeritan kakakku sangat jelas terdengar. Bahkan menggaung-gaung di dalam kamarku yang seluruh dindingnya berkeramik. Untung saja nadanya riang, kalau saja tidak, aku sudah akan lari pontang-panting untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

Baru saja menuruni tangga ke lantai satu, aku melihat kakak keduaku tengah dikerumuni kakak pertama dan ketiga. Mereka memeriksa dan mencium harum seikat bunga mawar yang rupanya barusan dikirim oleh pacar kakak kedua kepadanya pagi ini. Aku mengangkat alis, berpikir apa istimewanya bunga itu. Aku tahu hari ini adalah hari Valentine, namun tetap saja apa yang membuat bunga tersebut berkesan.

"Kenapa ribut-ribut soal bunga?" tanyaku, anak polos yang bulan enam ini akan menduduki bangku SMA.

"Harga bunga begitu mahal di hari Valentine," terang kakak pertama, masih mengendus bunga mawar itu. "Bisa sepuluh kali lipat dari harga biasa."

Kakak ketiga menjentikkan jari. "Dan simbol cinta adalah bunga, jadi betapa romantis pacarnya."

Aku tidak mengerti sama sekali. Hanya karena seikat bunga, kakak-kakakku histeris dan bahkan kakak keduaku yang terkenal galak berwajah merona merah. Belum pernah aku mendapati ekspresinya seperti itu. Bagaimana mungkin? Kepalaku sakit memikirkannya. Aku juga belum pernah pacaran, apalagi jatuh cinta, jadi sebaiknya aku tidak ikut campur terlalu dalam.

"Sudahlah, yang penting kalian bahagia," kataku sembari berbalik menuju anak-anak tangga.

Bahkan setelah kembali ke kamar dan memainkan game komputer selama satu jam, kakak-kakakku di bawah masih heboh. Memang wanita sungguh sulit dimengerti. Ketika aku beranjak dewasa, aku sadar akan kepolosanku. Rupanya yang membuat kakak keduaku merona merah bukan bunga mawar ataupun harumnya, tetapi perhatian sang pacar. Kini pacarnya sudah menjadi abang iparku dan aku pun belajar darinya, mengirimi pacarku bunga mawar di hari Valentine.

"Seorang wanita suka perhatian."

Widdy, Author of Cerita Bijaksana

Cerpen KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang