Budi menengadah ke atas, memperhatikan matahari terik yang sedang pada masa jayanya. Setiap sentuhan cahaya memberi kenaikan panas beberapa derajat. Tak terasa keringat pun mulai bermunculan membasahi wajah Budi.
"Lama-lama aku bisa mandi keringat," ujar Budi, merasa gerah. "Bagusnya kita balik ke hotel saja, Andi."
Andi tidak menjawab. Pria bertubuh kurus itu sedang fokus membaca selembar kertas besar sedari tadi. Kedua matanya melirik dari kanan ke kiri berulang kali, seperti mencari sesuatu. Keseriusannya terpancar pada dahi yang berkerut.
"Peta ini tidak berguna," gerutu Andi, meremas kuat-kuat kedua ujung sisi peta. "Kau tahu cara kita kembali ke penginapan?"
"Katamu tahu?"
"Aku tidak bisa bahasa Inggris!" seru Andi sambil mengangkat bahu. "Sekarang bantu aku, Bud."
Budi menggeleng kepala. "Kau sendiri yang terus bilang mau buka jalan. Kemarikan petamu."
Budi meraih kertas yang diberikan Andi. Ketika dibuka, sebuah pulau terpampang pada permukaan kertas. Berbagai informasi tertera di dalamnya, yaitu arah mata angin, nama-nama daerah, jalur kereta bawah tanah, pusat pertokoan, dan sebagainya. Ditambah semuanya dalam bahasa Inggris.
"Baru kulihat saja sudah pusing," ujar Budi malas. "Sebentar, aku punya ide."
Budi merogoh sebelah kantong celananya. Meraih dan mengeluarkan sebuah telepon genggam pintar bermodel sederhana. Tidak memiliki satu pun tombol, hanya layar saja.
"Kita cari nama penginapan kita di internet dan ikuti saja arahnya," saran Budi sambil tersenyum.
Mereka membuka browser lalu memasukkan nama penginapan. Dalam sekali ketukan, internet memberi beberapa rekomendasi termasuk peta online yang langsung saja dipilih Budi.
"Aku tidak pernah terpikir akan hal ini," kata Andi, merasa amat bodoh. "Kenapa kita bisa melupakan internet?"
"Sebelumnya aku sudah pernah pakai peta online. Sudah lama sekali," terang Budi. "Tak kusangka akan kugunakan lagi. Memang kita harus ikut zaman."
Setelah memasukan informasi tempat tujuan, peta online memetakan sebuah jalur dari tempat mereka berada sekarang ke penginapan. Tertera jarak mereka ke penginapan sekitar 1 km. Jarak yang terbilang tidak jauh.
Budi menggosok dahi kanan. "Rupanya kita cuma putar-putar. Penginapan kita sangat dekat malah."
"Jalan kaki pun sampai."
"Tunggu apa lagi. Yok, jalan."
Ikuti zaman dan gunakan teknologi yang ada untuk mempermudah memenuhi kebutuhan kita
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Kehidupan
Ficción GeneralDalam kehidupan, kita menjalani hari demi hari tanpa tahu setiap kejadian memiliki hikmat yang seringkali menentukan arah hidup kita. Contohnya seseorang hendak menerobos lampu merah, tapi teringat peraturan lalu lintas dan berhenti. Tiba-tiba dari...