Kepergian Sang Kakek

396 3 0
                                    

"Bud, turut belasungkawa atas kematian kakekmu," kataku sambil menepuk pundak teman baikku.

Budi bergeser memberiku tempat duduk. "Makasih. Dan keadaanku sudah lebih baik."

"Maaf, ngak bisa datang minggu lalu menghadiri pemakamannya," lanjutku dengan nada bersalah lalu duduk di sampingnya. "Kau tahu aku sedang di luar negeri."

"Tapi keluargamu ada yang datang, jadi sama saja kau sudah datang."

Aku tidak membalas balik. Ikut terdiam bersama Budi yang kelihatannya masih murung. Selama beberapa saat kami menatap sebuah pohon besar yang sudah lama tumbuh di taman umum. Pohon itu memiliki bentuk yang kokoh, rindang, dan berusia tua. Mengingatkanku akan kakek Budi.

"Kau tahu, aku sering mendengar kisah-kisah kakek tentang kehidupannya," Budi membuka pembicaraan. "Aku tak pernah bosan. Walau kadang diulang-ulang, aku masih tetap menyukai mereka. Terutama kandungan makna berharga mereka serta ekspresi kakek yang mengebu-gebu ketika bercerita."

"Ya. Kita jadi tambah pengalaman," sambungku, pernah beberapa kali mendengar kisah kakek Budi. "Sayang, kita tak bisa mendengarnya lagi."

"Itu benar. Sekarang aku hanya bisa merelakan kakek pergi."


"Ketika seorang tua meninggal, sebuah perpustakaan terbakar habis."

-Pepatah Afrika

Cerpen KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang