Selesai Ujian Nasional

408 4 0
                                    

Ketika bel terakhir berbunyi, senyum merekah di wajah Marco. Perasaannya lega bercampur gembira! Apalagi hari ini bukan hari biasa, tetapi hari terakhir Ujian Nasional. Itu berarti tak ada lagi sesi belajar, hanya sesi bermain karena sekolah telah usai sepenuhnya.

Keceriaan juga tercetak pada wajah masing-masing siswa-siswi SMU di kelasnya. Mereka bersyukur ujian sudah berakhir dan tinggal bersantai ria. Tak lama, pengawas ujian menyuruh mereka pulang agar dapat membereskan berkas ujian.

"Akhirnya ujian selesai!" seru Marco semangat, orang pertama yang melangkah keluar dari kelas.

"Saatnya coret-coret!" ujar Andi, mengambil spidol dan mulai mencoret-coret baju Marco.

Marco tidak keberatan karena dia sendiri juga mencoret. Bahkan teman sejawatnya yang lain, bernama Gary, juga ikut-ikutan. Berselang, hampir seluruh murid SMU yang selesai mengikuti Ujian Nasional melakukan aksi coret-mencoret baju seragam mereka, sisanya memilih pulang.

Tidak serta merta hanya begitu saja, anak-anak SMU itu melakukan konvoi jalanan. Mereka naik sepeda motor, berdua atau bertiga tanpa helem maupun tidak, dan berkerumun menaiki angkutan umum mengelilingi area kota. Seperti mau berdemo. Di antara mereka, terdapat Marco, Andi, dan Gary. Ketiganya naik satu sepeda motor dengan Marco berada di antara Andi dan Gary. Mereka berteriak asal-asalan, yang penting FUN! Pihak polisi dan sekolah tak bisa bertindak banyak sangkin banyaknya murid yang melakukan aksi serupa.

Ketika menelusuri sebuah jalan sempit, tiba-tiba saja Marco punya sebuah ide bagus. Dia mendadak berdiri sambil mengacungkan tangan ke atas, berharap orang-orang melihat dirinya sebagai seorang pelopor dan menghormatinya.

Marco berseru kuat-kuat, "Kita bebas!"

Akibat aksinya itu, Andi sebagai juru mudi sepeda motor kehilangan sedikit keseimbangan. Terpaksa harus oleng ke kanan yang berarti keluar dari jalur kiri ke jalur kanan. Tentu saja ada mobil yang sedang melaju kencang saat itu dan langsung menyambar sepeda motor mereka.

Kejadian itu berlangsung amat cepat. Orang-orang melihat sepeda motor yang ditumpangi tiga pemuda berseragam SMU terpental sejauh 10 meter lebih, berputar-putar beberapa kali sebelum terpelanting di badan jalan. Nasib ketiga pemuda tadi lebih tragis. Marco melayang terbang dan tersambar sebuah mobil konvoi di jalur kiri, Gary terlempar amat jauh hingga teratuk trotoar jalan hingga kepalanya pecah, sedang Andi langsung mencium aspal dengan posisi badan terpelintir setelah terpental sejauh 3 meter. Ketiganya seketika tewas, benar-benar bebas seperti yang diserukan Marco.

Kematian Marco, Andi, dan Gary masuk berita utama hari itu. Mengguncang seluruh Indonesia sebab terjadi di ibukota Jakarta. Apalagi mobil yang menabrak adalah mobil pribadi salah satu perwira tinggi kepolisian. Murid-murid di jalanan lantas dirazia oleh kepolisian dan pihak orangtua serta sekolah mendapat masalah karenanya. Sejak peristiwa ini, murid-murid dilarang melakukan aksi coret-mencoret dan diharuskan pulang ke rumah setelah ujian, jika tidak maka kurungan penjara selama tiga hari menunggu mereka.

"Bebas bukan berarti sesuka hati kita."

-Widdy, Author of Cerita Bijaksana

Cerpen KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang