"ARGHHHHHH!!!"
Malam larut yang semula hening mendadak heboh. Orang-orang pada berhamburan keluar dari rumah mereka, menerka-nerka apa yang telah terjadi. Saat aku dan ibuku keluar, para tetangga sudah berkerumun di depan rumah kami.
"Apa mungkin jeritan anak Omun?" lontar ibuku ketika menghampiri kerumunan. "Kalian dengar kan beritanya?"
Berita apa? Bukankah anak Omun itu teman baikku dulu? Dia adalah gadis periang yang paling disukai anak-anak lelaki. Dulu aku sering bermain dengannya, tapi sejak tamat sekolah kami berpisah jalan.
"Ada apa dengannya, bu?" tanyaku.
Ibu-ibu tetangga mengangkat alis melihat kepadaku. Aku mengerti tanda tanya mereka tapi aku benar-benar tidak tahu. Untung saja ibuku mengibas tangan ke samping sambil berkata kalau aku belum mendengar beritanya.
"Begini, temanmu itu sudah jadi gila."
"Gila?" tanyaku heran.
"TANDA TERIMA! TANDA TERIMA!"
Jerit melengking lain terdengar. Aku memutar bola mata, berpikir apakah mungkin itu jeritannya. Sungguh histeris.
"Gara-gara terlalu khawatir mengurus tanda terima perusahaan tempatnya bekerja, dia jadi hilang akal." Ibuku mendesah. "Mungkin ditambah tekanan pekerjaan yang berat."
"Aku juga bekerja." Aku menunjuk diriku. "Hanya, bagaimana bisa?"
"Entahlah, nak. Berpikir berlebihan dan stress kali."
Ibu-ibu tetangga juga mengangguk setuju. Beberapa bahkan menjentikkan jari.
"Jangan jadi seperti dia, yah. Bekerja boleh tapi ingat kau punya kegiatan lain."
"Ya," gumamku.
Ibuku kembali bergabung dengan kerumunan dan gosip pun dimulai. Jeritan-jeritan lain menyusul, tetapi kami anggap sebagai angin lalu. Sedang diriku bersandar pada pagar sambil menatap langit berbintang. Merenung. Sejak berteman dengannya, baru sadar sekarang, temanku itu orangnya lumayan perfeksionis, mudah khawatir, dan serius. Namun, tak kusangka bisa menjerumuskannya dalam kegilaan. Seharusnya dia lebih terbuka atau membicarakannya dengan seseorang. Misalnya padaku. Andai saja kami masih dekat.
"Berpikir berlebihan adalah seni menciptakan masalah yang bahkan tidak pernah ada di tempat pertama."
-Unknown Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Kehidupan
General FictionDalam kehidupan, kita menjalani hari demi hari tanpa tahu setiap kejadian memiliki hikmat yang seringkali menentukan arah hidup kita. Contohnya seseorang hendak menerobos lampu merah, tapi teringat peraturan lalu lintas dan berhenti. Tiba-tiba dari...