Bab 7: Against Seniors

38.5K 1.7K 344
                                    

Setelah jam pelajaran Fisika selesai, Gua, Doni, dan Adit langsung nongkrong di depan kelas. Doni membuka laptop lalu menyetel film bokep yang suaranya di mute. Sedangkan Adit sedari tadi menelfon gebetannya sambil melemparkan kata-kata rayuan maut bercampur racun. Gua sendiri hanya klepas-klepus merokok dengan perasaan bosan.

       "Kantin nyok, jing! Lapar nih gue.." ajak gua kepada Doni dan Adit.

       "Ayok dah, jing, sekalian kita hunting mahasiswi.." kata Adit bersemangat sambil mematikan telefon genggamnya.

       "Nah! Kalok itu aku setujuh sekali!" Lanjut Doni lempeng yang ikut menutup laptopnya.

        Kami langsung menujuh kantin guna menambah asupan gizi di badan yang sedang masa pertumbuhan ini. Di sepanjang perjalanan ke kantin, kami melewati banyak tongkrongan anak-anak teknik dari berbagai macam jurusan, ketika melihat kami melintas, mereka tertawa dan seperti membicarakan sesuatu yang tampaknya mengejek kami. Wajah Doni tampak terganggu sambil melihat anak-anak tongkrongan itu dengan tatapan curiga.

       "Bah! Kenapa pula cara mereka melihat kita aneh seperti itu?" Tanya Doni masih dengan wajah kesal. "Lama-lama aku tampar pula wajah mereka!"

       "Udah biarin aje..palingan mereka belom pernah liat orang seganteng kita di kampus ini, he..he..he.." kata Adit yang tampak tidak terlalu peduli dengan sikap mereka.

       "Tamparin aja, Mbut! Paling nggak elu yang di injek-injek sama mereka! Tapi tenang...kalo lu di hajar, entar gua bantuin deh buat gebukin lo! Ha..ha..ha..ha.." lanjut gua sambil tertawa lebar.

       "Jangan begitulah, Bung!" Kata Doni dengan wajah memberengut. "Kau harusnya mendukung aku, sebagai kawan satu angkatan yang sama-sama memberontak!"

       Cuih! Gua meludah ke bawah dengan jijik.

       "Waktu gua di gebukin seminggu yang lalu ke mana lu, Sat! Bangsat?!" Balas gua dengan kesal.

       Doni dan Adit langsung tertawa ngakak.

       "Bukan aku tidak ingin membantu kau, Bung! Tapi memang dasarnya aku ini seniman seni lukis, kok di suruh jadi seniman bela diri! Gak mungkin bisa kan?"

       Lalu gua menoleh ke Adit. Sebelum gua berbicara, Adit langsung menyambar.

       "Apalagi gue. Kan elu tau sendiri kalo gue model majalah..."

       "Emang dasar babi lu semua!!"

       "HA..HA..HA..HA..HA.."

       Memang sudah hampir seminggu setelah ospek, kami bertiga selalu di kucilkan oleh anak-anak teknik lainnya, entah itu anak baru atau mahasiswa lama dari semua jurusan teknik. Kami dianggap sebagai pengkhianat fakultas! Kami sering mendapat intimidasi, pelecehan, atau bahan olok-olokan dari mereka, semua itu karena kami tidak mengikuti pengkaderan (ospek) di Himpunan!

       Tidak lama kemudian kami tiba di kantin yang terkenal dengan tongkrongannya anak teknik dan ekonomi. Begitu memasuki kantin, kondisinya sudah penuh merayap oleh mahasiswa & mahasiswi yang sedang makan atau sekedar nongkrong.

       Almamater biru, jacket dan baju dengan slogan-slogan kampus terlihat di mana-mana. Lalu buku-buku tebal, tawa ria renyah dan senda gurau khas kampus memenuhi kantin ini. Ramai, rebel, namun tidak norak. Tempat ini sangat mengesankan sebagai sarang dari pada pelajar-pelajar berintelektual.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang