Bab 32: Broken Girl

25.1K 1.3K 197
                                    

Liburan panjang semester sudah berjalan lebih dari satu minggu. Hari-hari gua berlalu begitu saja tanpa ada kejadian yang spesial. Beberapa anak kostan ada yang pulang ke rumah mereka masing-masing ada pula yang memilih tetap tinggal.

       Sore sehabis shalat maghrib berjamaah di masjid dekat kostan segrek Gua dan Doni berjalan kaki untuk pulang ke kostan. Baju koko, peci, dan sarung lengkap masih kami kenakan dengan wewangian harum.

       Gua rada-rada heran sama kelakuan kawan gua yang cukup absurd ini. Sekarang dia mulai rutin ikut-ikutan sholat berjamaah di masjid, apalagi setiap sholat jumat pasti anak itu yang paling getol mengajak kami untuk sholat di masjid.

       Yang bikin gua heran, karena anak itu beragama Nasrani dan setiap minggunya masih sering beribadah dengan tekun ke gereja. Jadi untuk apa dia ikut ibadah orang muslim jika dirinya masih beragama lain? Ini suatu pertanyaan besar dalam benak gua!

       "Don, elu kenapa sih getol banget ikut-ikutan sholat? Inikan ibadahnya orang islam?" Tanya gua penasaran.

       "Loh, memangnya aku tidak boleh ikut ibadah bersama kalean? Bukankah ibadah itu suatu perbuatan yang baik, bung." wajahnya yang kotak-kotak mengesalkan itu malah bertanya balik.

       "Ya..gak tahu juga sih boleh apa nggak," jawab gua jadi bingung di tanya seperti itu. "Masalahnya elu kan bukan orang islam, jadi gua bingung aja, ketika sholat elu itu doanya ke siapa?"

       "Doa itu hanya kepada tuhan yang maha esa, bung! Bukankah dalam Al-quran dan Injil sudah jelas?" Jawabnya pake ngotot. "Masa untuk jawaban dari pertanyaan simple seperti itu saja kau tidak tahu! Payah kali kau menjadi seorang muslim, bung! Ha..ha..ha..ha.."

       Et..kok jadi gua yang salah sih! Dasar Pea..gua juga tahu doa itu hanya kepada tuhan. Tapi kalau Doni tuhan yang mana? Itulah yang bikin gua jadi goblok kalau berbicara dengan Doni.

       "Elu itu sebenernya mengimani kitab suci yang mana sih, bung? Injil atau Al-quran?" Sebenarnya gua rada gak enak membicarakan hal sensitif seperti ini ke Doni. Tapi karena terdorong oleh rasa penasaran yang tinggi akhirnya gua tanyakan.

       "Aku mengimani keduanya, bung..." jawabnya enteng.

       "Lah bisa begitu?" Kaget gua mendengar jawaban sablengnya.

       "Tentu bisalah, bung!" jawabnya tegas. "Dulu aku berfikiran kalau agama Islam itu agama yang seram dan penuh dengan kekerasan. Ternyata ketika aku mulai mempelajarinya, agama ini penuh kedamaian dan keindahan. Sangat berbeda jauh dengan apa yang di beritakan media-media barat saat ini. Jadi poin yang bisa aku ambil, jangan percaya seratus persen dengan media. Dan yang aku pelajari bahwasanya semua agama itu sama, Bung! Makanya aku mengimani ke dua kitab suci itu.." Lanjutnya dengan wajah bangga.

       Gua garuk-garuk kepala dengan tampang bodoh mendengarkan alasan sableng dari Doni. Ini gua yang goblok atau dia yang udah gila kali ya? Kok bisa-bisanya dia mengimani ke dua kitab. Mungkin dia mau menciptakan suatu agama baru kali!

       "Tapi menurut gua semua agama itu gak sama, Don.." balas gua dengan nada halus agar anak itu tidak tersinggung.

       "Bagaimana bisa kau bilang tidak sama, Bung?! Jelas-jelas antara Injil dan Al-Quran itu berhubungan erat! Aku tidak terima dengan kata-kata kau itu! Makanya banyak agama di dunia ini saling berperang karena orang-orang seperti kau ini!" Mendadak anak itu jadi ngotot.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang