Bab 35: Perkumpulan L.A

22.5K 1.3K 105
                                    

Gua membeli rokok ketengan di halte kampus. Lalu memberikan kepada Ruby yang ada di atas motornya. Rokok di nyalahkan seiring asap putih mulai mengebul-ngebul di mulut kami. Hari ini kami berdua memutuskan untuk main judi. Karena gua dan Ruby sedang jengah sehabis mendengar orasi dari teman-teman yang kini menjadi aktivis mahasiswa.

"Woii!" Seseorang meneriaki kami dari arah seberang jalan.

Otomatis perhatian kami berdua terarah kepadanya.

Lelaki berwajah sangar berbadan sedang langsung menghampiri kami dengan gaya jalan yang di buat-buat agar terlihat gagah. Gua mengamati wajah dan gayanya yang tampak tidak asing itu.

"Kenalan lu, Rom?" Tanya Ruby masih sambil menatap pemuda tersebut.

Gua menggeleng pelan. "Lah gua kira temen lu kali, Rub,"

"Bukan," jawab Ruby singkat. "Lu pernah bikin perkara sama preman sini?" Tanya lagi anak itu.

"Seinget gua sih gak pernah.."

"Buset, tampangnye bengis amat..kaye kaga makan seminggu..beneran lu kaga pernah bikin masalah sama preman sini?" Tanya Ruby memastikan.

"Beneran dah. Ngapain gua nyari penyakit,"

"Wah..kayanya mau di palak nih kita.." komentar Ruby yang agak jadi tegang.

Gua diam saja sambil menatap penampilan preman tersebut.

Jacket jeans rombeng dengan warna biru yang sudah pudar terdapat beberapa bagian yang robek pada kantong, kerah baju, dan sikut. Rambut di semir blonde sangat tidak maching dengan warna kulitnya yang hitam dekil. Kuping kiri di tindik dengan peniti berukuran lumayan besar.

Rokok sampoerna kretek menyempil di bibir hitamnya, sungguh mencerminkan bahwa dia seorang preman kelas pasar yang terlihat lumayan kere dan tak berkelas. Matanya merah karena menenggak alkohol dan mulutnya yang berbau gaur beraromakan minuman keras murah yang di beli di tukang jamu pinggiran jalan.

Gua dapat menduga kalau dia menyelipkan pisau ngecusan berukuran kecil atau lebih di kenal dengan pisau pramuka di balik pinggangnya. Mungkin paling tinggi dia membawa senjata berjenis bayonet atau pisau lipat yang sudah berkarat.

"Elu Romi dari Warchild kan?" Tanya Preman itu dengan gaya yang agak nyolot.

Agak kaget juga karena dia kenal nama dan tempat tongkrongan gua.

"Iye. Kenapa?" Tanya gua sambil menebak-nebak maksud dari preman tersebut.

"Masih inget gue?"

Gua mencoba mengingat-ingat wajahnya yang asing.

Tapi gua sama sekali tidak mengingatnya.

"Kalo lu lupa biar gua ingetin," katanya masih dengan gaya nyolot.

"Gua Nopray dari perkumpulan L.A,"

Ketika dia memberitahu kalau dirinya dari perkumpulan L.A gua langsung tahu kalau dia dari salah satu kelompok yang menguasai daerah Pasar sampai Stasiun Lenteng Agung. Tapi tetap saja gua lupa dengan namanya dan hanya ingat wajahnya yang tampak tidak asing.

Gua masih saja bingung dengan maksud preman itu menghampiri kami.

Preman tersebut hanya tersenyum.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang