Bab 42: GodFather Is Back

22.1K 1.4K 355
                                    

Kami bertiga di bawa ke rumah pak RW untuk di mintai keterangan. Pertanyaan yang berbelit-belit membuat kepala gua semakin pusing. Di tambah lagi dengan kondisi tubuh gua yang saat ini memang sedang babak belur kesakitan akibat di keroyok itu.

Seharusnya pak RW memberikan kami waktu untuk mengobati luka-luka, baru setelah itu menginterogasi. Tapi memang dasar RW gemblung dia malah menggiring kami ke rumahnya dan memberikan kotak P3k yang isinya seadanya untuk mengobati luka kami sendiri.

Semestinya luka seperti ini harus di obati oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya, contohnya seperti dokter permpuan muda atau suster yang cantik dan sexy. Agar luka kami bisa cepat terobati. Setidaknya dengan di obati oleh yang cantik-cantik membuat luka hati kami agak baikan.

Ruby sendiri terlihat bengong sehabis di mintai keterangan. Wajah yang sama babak-belurnya dengan gua itu terlihat lebih mengenaskan.

Memang interogasi dengan pak RW terkesan alot dan berbelit-belit. Berkali-kali beliau menyalahkan kami dan mengarahkan agar masalah ini kami yang harus bertanggung jawab. Hal itu membuat kami-kami harus menahan kesabaran.

"Bapak ini kalau bertanya jangan seperti orang ling-lung!" Tegur Rama dengan tegas. "Kalau bertanya itu yang tegas, dan kalau sudah di jawab tidak perlu di ulang-ulang kembali pertanyaannya!"

Pak RW hanya bengong ketika di tegur keras oleh Rama.

"Maksud saya hanya untuk memperjelas saja.."

"Apa lagi yang harus di perjelas? Saya, Romi, dan Ruby juga sudah menjelaskan duduk permasalahannya dengan gamblang. Apa otak bapak tidak sanggup menangkap penjelasan kami? Bapak ini RW loh, bapak di pilih oleh warga. Untuk mengerti hal simple seperti ini saja harus di ulang-ulang," Wajah Rama benar-benar muak.

Pak RW langsung bungkam dengan wajah tersinggung.

Gua dan Ruby mulai menghisap rokok dji sam soe punya pak RW yang tergeletak di meja sedari tadi.

"Kok malah jadi kamu yang marah sama saya?" Tanya pak RW jadi bingung sendiri.

"Saya tidak memarahi bapak. Hanya kesal saja dengan sikap bapak!"

Klek!

Tiba-tiba pintu ruangan di buka.

Braaak!

Lalu pintu itu di banting keras menabrak tembok.

Kami berempat yang berada di dalam ruangan ini terlonjak kaget.

Bahkan pak RW sampai beristighfar berkali-kali sambil mengelus dada.

Masuk dua orang ke dalam ruangan ini. Yang satu seorang kakek-kakek dengan tongkat kayu panjang di tangannya. Matanya langsung menikam kami bagaikan belati tajam yang berkarat.

Yang satunya seorang wanita cantik berambut panjang sebahu yang masih mengenakan pakaian seorang guru sekolahan. Dia juga menatap kami dengan galak. Namun tidak segarang sang kakek-kakek itu.

Dia adalah kakek gua dan Bu Rani mantan guru di sekolah gua dulu.

Keadaan ruangan hening sejenak.

"Waduh...Godfather ngapain ke sini tuh Ram?" bisik gua ke Rama.

"Au dah..." jawab Rama yang juga terlihat heran.

Ruby cuma bengong dengan wajah tak mengerti.

Kakek gua langsung mendekati meja antara kami duduk dan Pak RW.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang