Sudah seharian penuh gua tidur-tiduran di parkiran fakultas teknik. Menatap lagi luas dan mendung yang tidak ada ujungnya. Seharian penuh ini gua hanya bermalas-malasan di sini tanpa ada keinginan untuk beranjak dan beraktifitas.
Setelah beberapa saat kemudian gua baru sadar kalau ternyata ada Adit yang terus memperhatikan gua dengan tampang seperti orang keheranan.
"Ngapain lu ngeliatin gua kaya gitu?" Tanya gua heran.
Adit menggeleng-geleng masih sambil menatap wajah gua.
"Gua lagi melakukan penelitian," ujarnya pelan.
Gua mengernyitkan kening dengan wajah bertambah heran.
"Penelitian apaan? Gaya lu kaya ilmuan aje,"
"Penelitian cara hidup orang kaya lu,"
"Orang kaya gua? Maksud lu?"
"Gua heran aja..ada ya orang yang setiap hari dateng ke kampus cuma nitip absen. Tugas minta di kerjain temen. Terus kerjaannya molor seharian di parkiran, kalo bangun waktu makan doang..ngidam apaan sih emak lu sampe bisa ngelahirin anak berbakti bagi nusa dan bangsa model kaya elu?"
Gua langsung mentoyor kepala anak itu.
"Elu gak usah penasaran emak gua ngidam apaan! Yang jelas mana titipan gua?"
Adit menghembuskan nafas berat, lalu memberikan selembar kertas berukuran A4 yang di lipat rapih.
Sesaat gua menatap rokok itu dengan bengong. Lalu mulai bertanya dengan nada protes. "Gua nitip rokok, lu malah ngasih kertas. Bakal apaan? Gua kaga doyan kertas, kaga bisa di makan.."
"Siapa yang nyuruh elu makan bego?"
"Terus buat apaan nih?"
"Ya elu buka dulu! Terus elu baca baek-baek.."
Gua membuka lipatan kertas yang di berikan Adit. Lalu mulai membacanya dengan malas-malasan. Ternyata kertas A4 yang terlipat adalah surat pemberitahuan dari organisasi rohis untuk suatu acara dengan anak yatim di sukabumi minggu depan. Di sana tertera nama gua sebagai salah satu pengurusnya. Gua langsung meremas surat itu, membuatnya menjadi bola-bola kecil. Lalu melemparnya kebelakang.
"Lah, kok malah di lempar?" Tanya Adit bingung.
"Terus mau di laminating, di masukin bingkai, di pajang di kamar gua gitu?"
"Eh, goblok! Di situ nama elu di tulis sebagai salah satu pengurus acaranya,"
"Kaga minat ikut gua,"
"Terus elu mau lari dari tanggung jawab?"
"Lah..yang nunjuk juga siapa, gua juga kaga tau. Seenaknya aja masukin nama gua jadi pengurus. Enak aje, dia yang bikin ide, gua yang suruh tanggung jawab!"
Adit terdiam dengan wajah bertambah heran.
Anak itu mulai berfikir keras.
"Eh, malah diem aje lu! Mane rokok gue?" Gua kembali mentoyor kepala anak itu dengan keras.
Adit melempar sebungkus Djie Sam Soe, lalu anak itu duduk di samping gua.
"Kalau gua perhatiin elu seperti lagi ada pikiran ya?" Kata Adit mencoba menganalisa tindak-tanduk gua. "Makanya sekarang jarang masuk kelas, udah gak pernah lagi ikut Rohis. Padahal elu kan yang dulu nyemplungin kita ke organisasi itu, sekarang elu malah yang cabut,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...