Dengan wajah lesu gua melewati koridor kostan. Perasaan gua lagi cemas memikirkan nasib kami di esok hari. Karena perkelahian tadi, bisa jadi pihak kampus akan memberikan hukuman atau paling parahnya polisi bakal datang menangkap kami dengan tuduhan penganiayaan.
Terus memikirkan itu membuat gua jadi stres!
Dari koridor gua dapat melihat pintu kamar sudah terbuka lebar, pasti di dalamnya sudah ada Buluk yang baru pulang kerja. Memang gua berencana untuk curhat ke Buluk dan meminta solusi dari anak itu.
Tapi ketika gua sampai di depan pintu ada Arab dan Kenyank yang sedang main PS dengan heboh nya. Jelas gua kaget dong. Soalnya gua sama sekali belum akrab dengan mereka. Di tambah lagi si Buluk tidak ada di dalam kamar.
"Oi, Rom!" Sapa Arab acuh tak acuh ketika melihat gua berdiri di ambang pintu.
"Oi.." Balas gua yang masih agak tercengang.
"Sory ye..gua pinjem kamar lu buat nyarang, soalnya di kamar gua kaga ada hiburan nye," beritahu Kenyank dengan sikap santai. Matanya masih fokus menatap layar televisi 15 inc.
Gua masih tidak habis pikir, kok mereka berani-beraninya masuk ke dalam kamar lalu make TV dan PS gua tanpa ijin. Lagian gimana caranya mereka bisa masuk? Apa pintu kamar gak di kunci? Terus si manusia beduk, bapak Buluk gonzales kemana? Bukannya dia selalu nyatpamin kamar gua kalau sudah pulang kerja?
"Dari tadi siang kita di ajak Buluk maen PS di kamar lo. Jadi sory aja, kalo agak berantakan," lanjut Arab memberi penjelasan, matanya seperti Kenyank yang fokus menatap layar kaca.
Oh, pantes. Ternyata si Bapaknya tuyul yang jadi biang keladi, ngajak-ngajak penghuni kostan ini masuk ke dalam kamar gua.
"Loh, emang si Buluk gak berangkat gawe?" Tanya gua penasaran.
"Tadi pagi sih berangkat, tapi siang udah pulang aja tuh anak, katanya sih ijin,"
Gua mengangguk-ngangguk, lalu menyapu seisi kamar, ada sebotol intisari tergeletak di samping televisi, gelas-gelas kosong terhampar begitu saja, abu rokok di asbak yang penuh akan putung rokok tercecer di lantai putih. Ruangan penuh dengan asap rokok yang menari-nari menempati setiap cela, hingga kipas angin sakti gua, menyerah untuk mengusir asap itu keluar ruangan.
Waduh! Apa-apaan ini?! Kamar gua jadi kaya kandang iblis begini!
Gua masuk lalu melempar tas ke sudut ruangan dengan perasaan setengah dongkol. Lalu duduk sambil melepas sepatu dan kaos kaki.
"Terus sekarang Buluknya kemana?" Tanya gua kepada mereka.
"Lagi beli minuman sama si Billy...buat nemenin kita tanding," Arab yang menjawab.
Billy? Siapa lagi nih? Emangnya ada berapa orang sih yang nyarang di kamar gua? Wah..ini sih bukan nyarang lagi! Namanya udah penjajahan total! Dan tampaknya mereka berminat membuat sarang baru yang lokasinya di kamar gua.
Gak lama kemudian dua orang gadis masuk ke dalam kamar. Membawa makanan yang lumayan banyak. Satunya gua kenal, dia Melitha. Tapi yang satunya gua baru aja ngeliat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...