Bab 18: Kecurigaan

22K 1.3K 105
                                    

Gua terbangun di koridor kostan karena mimpi buruk. Entah jam berapa malam itu. Yang jelas udara dinginnya begitu menusuk kulit. Gua melihat ke sekeliling dengan sedikit ling-lung, di sana sudah ada Doni, Buluk, Erte, dan Kenyank yang tergeletak dengan nyenyak. Suara dengkuran saling bersahutan. Di sana juga terlihat berbotol-botol minuman keras dan kulit-kulit kacang yang berserakan.

       Hm..yah, gua kembali teringat kalau habis mabuk semalam.

       Jantung gua masih berdetak kencang mengingat mimpi buruk yang baru saja gua alami. Mimpi yang terus datang menghantui malam-malam gua. Selama setahun ini gua tidak bisa lepas dari mimpi yang kadang kala terus datang berulang-ulang. Dan hal itu membuat gua gila! Semenjak itu gua jadi akrab dengan yang namanya minuman keras yang cukup efektif mengusir mimpi-mimpi itu.

       "Kayanya gua emang butuh ke psikiater nih.." gumam gua pelan sambil mengusap wajah.

     Gua langsung turun ke lantai bawah guna ke kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusan hajat di kamar mandi, gua keluar menujuh kamar tidur, bermaksud untuk melanjutkan tidur yang tadi sempat terhenti.

       Sampai di depan kamar gua mendengar suara tangisan. Awalnya gua kira itu suara dari televisi kamar Melitha, namun melihat kondisi kamarnya gelap gulita, pasti bukan dari situ sumber suaranya.

       Mendadak gua jadi nge-fear karena suara isak tangisan itu terdengar lebih jelas dari awal. Jantung gua langsung berdegup kencang sambil menoleh ke kanan dan ke kiri dengan ngeri.

       Masa kuntilanak sih?!

       Aduh jangan dong, gua lagi gak pede nih, buat di apelin doi..

       Mau kabur kemana nih gua??

       Suara isakan tangis itu tiba-tiba menghilang, untuk sesaat gua menjadi lega. Kembali lagi gua mulai menoleh ke koridor arah gerbang yang gelap. Perhatian gua mulai di tarik oleh sinar lampu kamar Viola yang masih menyalah. Gua menduga kalau Ola juga belum tidur. Dengan masih menyisakan perasaan agak takut gua berjalan ke kamar tersebut guna menanyakan apakah Ola juga mendengar suara isak tangis yang baru gua dengar.

       Ketika sampai di depan kamarnya, pintu itu agak terbuka sedikit. Tanpa banyak pertimbangan langsung saja gua buka lebar.

       "Haloha!!!" Sapa gua yang sengaja ingin mengagetkan Ola.

       Namun Ola tidak kaget.

       Gadis itu hanya menatap ke arah gua dengan mata yang sembab dan air mata berlinangan.  Ternyata suara isak tangis yang gua dengar itu dari Viola. Gua jadi merasa tidak enak karena menemukan gadis itu dalam kondisi seperti ini.

       "La, kenapa lo?"

       Gadis itu masih menatap gua dengan air mata yang berlinangan. Dengan cepat dia langsung menghapus air matanya karena malu di lihat oleh gua.

       "Nggak apa-apa, Ja.." jawabnya pelan dengan suara yang serak.

       Kemudian gua masuk ke dalam dan duduk di depannya. Sambil memandang wajahnya penuh perasaan iba.

       "Lo lagi ada masalah?"

       Gadis itu menggeleng sambil memaksakan senyumnya. "It is okay.."

       Gua tahu dia berbohong.

       "Kalau gak ada apa-apa kenapa nangis?"

       "It is okay, Ja...im fine.." jawabnya masih dengan suara pelan yang terdengar serak.

KOST SEGREKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang