Sekitar lima belas menit kemudian gua berhasil sampai di depan fakultasnya Viola dengan selamat. Suasana kampus yang rindang akan pepohonan hutan kota ini sangat nyaman jika di pakai untuk belajar. Tentunya beda sekali dengan kampus gua atau kampus-kampus lainnya di ibu kota yang sudah di penuhi oleh udara polusi kota.
Gua duduk di atas motor yang terparkir di depan halte sambil melihat deretan mahasiswa-mahasiswi yang hilir mudik di depan gerbang Fakultas ini dengan gaya mereka masing-masing.
Tidak lama kemudian telefon genggam gua berbunyi setelah sebelumnya gua mengirim pesan kepada Viola yang isinya mengabarkan kalau gua sudah datang di depan fakultasnya.
Gua mengangkat telefon tersebut.
"Lo dimana?" Tanyanya dari seberang.
"Gue di depan halte,"
"Masuk aja ke dalem. Terus naik ke lantai dua, gue lagi nongkrong di balkon sama anak-anak,"
"Buset..pake acara masuk segala. Lo aja kesini deh. Gue bawa motor nih, mau di parkir di mana ini motor.." kata gua yang sebenarnya segan masuk ke Fakultas orang.
"Ya bawa masuk aja motornya, parkir di dalem dong. Gitu doang masa harus di ajarin sih.."
"Maksud lu motornya ikut di parkir di lantai dua gitu? Apa nanti gua gak di gebukin sama satpam fakultas ini?"
"Au ah gelap!" Kesal gadis itu.
"Hehehe..becanda sayang. Jangan ngambek mulu apa.."
"Yaudah buruan deh kesini. Jangan bercanda mulu.."
"Lo aja apa yang turun. Gua tengsin kalo harus ke sana," balas gua masih segan masuk ke fakultas Viola.
"Ya tuhan..lo ini punya tengsin juga ya. Orang biasanya srantal-sruntul aja kok, sekarang pake gegayaan tengsin-tengsinan segala. Udah buruan masuk!" Perintahnya dengan tegas.
"Hah...iya-iya deh.." kata gua sedikit mengeluh.
Setelah itu telefon langsung di putus.
Gua menghembuskan nafas berat.
Gua bukannya malu datang ke fakultasnya Viola atau malu bergabung dengan teman-temannya. Tapi masalahnya gua malu karena harus membawa motor super bobrok yang melegenda ini, lalu parkir di sejajarkan dengan motor-motor model baru yang keren dan kelihatan mahal di parkiran fakultas ini.
Tapi malu tidak malu akhirnya gua tetap membawa motor ini menujuh parkiran.
Tidak lama kemudian setelah melalui proses memarkirkan motor yang gua lakukan dengan cukup hati-hati, gua berjalan menujuh lantai dua dengan menggunakan anak tangga. Di sana terlihat banyak mahasiswa yang nongkrong atau sekedar hilir mudik di lantai tersebut. Gua mencoba menemukan sosok Viola, namun batang hidungnya pun tidak kelihatan.
"Mijaa!!" Seru suara orang gadis dari kejauhan.
Gua menoleh ke arah suara itu.
Terlihat Viola sedang melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
"Kesini, Ja!!" Serunya lagi dengan sikap antusias.
Viola sedang duduk di emperan lantai bersama genknya yang juga melihat ke arah gua berdiri. Di sana ada empat orang cewek dan dua orang cowok.
Sungkan juga gua ikut bergabung dengan mereka.
Tapi mau tidak mau gua menghampiri mereka juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...