Di dalam penjara sudah ada lima orang penghuni. Ketiga orang napi lama, lalu ke duanya Buluk dan Agus Tengik. Di tambah lagi gua yang baru masuk. Sisa anak-anak Warchild yang lainnya ada di sel yang berbeda. Kedua orang napi lama sedang tertidur, namun satunya masih terjaga sambil merokok dengan wajah terlihat jenuh.
Dia adalah Narapidana yang tubuhnya penuh Tattoo dengan tinta murahan. Dari tadi pemuda itu terus memandangi kami dengan tajam.
"Siapa yang bakal nebus lu, Tok?" Tanya Buluk penuh harap. "Nanti sekalian minta tebusin gua ya..soalnya kalo emak gua yang dateng bakal nyap-nyap die..."
"Kaga tau dah. Kayanya sih bokap gua yang bakalan dateng,"
"Yaah..masa bokap lu sih??" wajah Buluk terlihat kecewa.
"Iye..kenape emang?"
"Ah..kaga jadi minta di tebusin dah, mendingan emak gua aja dah yang dateng. Dari pada sama bokap lu, malah kena tabok lagi gua!" Lanjut Buluk yang menjadi malas.
"Sentimen amat ama bokap gua!" Kata gua sambil mengeplak kepala Buluk.
"Ha..ha..ha..ha.."
"Heh berisik! Ngacobelo aje lu malem-malem begini!" Bentak napi yang sejak tadi memelototi kami dengan garang.
Kami semua langsung terdiam di bentak seperti itu. Kami orang baru di sini, jadinya harus diam ketika orang lama sedang mengomel.
"Dari pada bengong mending lu pada pijetin punggung gua.." kata Napi itu kemudian.
"Emang gue dukun urut ape. Minta pijetin sana sama bapak lu," celetuk Agus Tengik tidak suka dengan gaya Narapidana tersebut.
"Ha..ha..ha..ha.." kami tertawa mendengar celetukan Agus Tengik.
Sang napi malah melotot.
"Konyol lagu, nyet! Minta gue injek batang leher lu di sini!" Bentak napi itu emosi.
Kami kembali terdiam ketika dia membentak seperti itu, karena kami tidak ingin menambah hukuman karena berkelahi dengan napi lain di dalam penjara.
"Heh, Tong! Kenape lu semua masuk penjara?!" Tanya napi itu dengan wajah tengik.
Gua menatap napi tersebut dengan pandangan acuh tak acuh. Gua sudah hapal betul dengan cara-cara seorang narapidana yang akan memulai intimidasinya terhadap tahanan baru.
"Tawuran, Tong!" Balas gua tak kalah tengiknya.
"He..he..he.." Agus Tengik dan Buluk kembali tertawa.
"Eh, elu lama-lama pada songong ye!" Napi itu bangkit sambil bertolak pinggang.
"Siapa yang songong, elu nanya ya gua jawab. Kalo gua gak jawab itu baru songong! Kaga sekolah sih lu, makanya kaga ngarti..goblok kok di pelihara!" Balas gua sengaja mengejeknya.
Narapidana itu melotot dengan nafas menderu-deru. Wajahnya langsung merah dan ke dua tangannya terkepal.
"Heh, anjing! Elu mau nantangin gua?! Bocah alus lagaknya udah tinggi bener!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...
