Sudah sekitar satu jam gua dan Doni nongkrong di kantin Fakultas. Dari tadi Doni terus curhat mengenai pacarnya yang akan lulus SMA di Medan dan akan melanjutkan pendidikan di Jakarta. Pemuda batak itu terus memberitahu keresahan-keresahannya jika sang pacar jadi kuliah di Ibu kota.
Doni takut kalau kebebasannya akan terenggut. Hidup penuh aturan dan larangan dari sang kekasih pasti tidak terhindarkan lagi. Jujur gua bosan sekali mendengarkan curhat anak itu sejak satu jam yang lalu. Karena cara berkomunikasi yang kadang mencampur bahasa batak dan Indonesia itu yang bikin gua gedek-gedek kepala.
Kebetulan saat itu Ikop sang anak Rohis datang ke kantin ini. Dan gua merasa dialah sang penyelamat dari curhatan Doni yang super membosankan ini.
"Dewa mabok tuh, Don.." beritahu gua memotong curhatan Doni.
Doni hanya menoleh ke anak itu tanpa memberikan respon apa-apa. Dia malah ingin melanjutkan curhatannya ke gua yang sudah ampun-ampunan mendengarkan.
"Kop!!" Panggil gua keras-keras hingga beberapa pasang mata di kantin menoleh ke arah kami.
Ikop langsung menoleh dan melihat kami dengan tatapan waspada yang penuh kecurigaan. Sedangkan Doni melirik gua dengan tampang sebal karena ceritanya harus terpotong.
"Sini kop! Sinii!" Panggil gua dengan antusias.
Ikop terlihat agak ragu, namun dia memutuskan untuk menghampiri gua yang sudah memanggilnya dengan penuh semangat.
"Kenapa Rom?" Tanya anak itu masih dengan tampang curiga.
"Gabung sini. Kita sama-sama anak rohis masa kaga pernah gabung bareng.."
Ikop masih berdiri terpaku di depan kami dengan tampang mulai curiga.
"Memangnya kau masih anak rohis, Bung? Bukan kah kau sudah tidak pernah datang lagi," celetuk Doni.
"Bawel luh! Gini-gini gua masih belom resmi keluar dari Rohis!"
"Tapi tetap saja kau sudah tidak di anggap oleh anak-anak rohis," lanjut Doni lempeng.
Gua tidak mempedulikan ocehan Doni dan tetap memandang Ikop dengan penuh keramahan. "Duduklah Kop...kaya satpam aje lu berdiri mulu.."
Ikop akhirnya duduk dengan terpaksa.
"Gimana keadaan Rohis sekarang?" Tanya gua mencoba berbasa-basi.
"Ba..baik-baik aja Rom.." jawabnya gugup.
"Bah! Kenapa situasi Rohis kau tanyakan ke Ikop? Kau kan bisa tanya langsung sama aku bung! Kau tahu sendiri sampai saat ini aku masih rutin ikut kegiatan Rohis..." protes Doni asal jeplak. Dia tidak tahu kalau gua hanya ingin menghindari curhatannya yang membosankan itu.
Memang tidak seperti yang gua sangka, ternyata si Doni sudah keceplung jauh dalam kegiatan Rohis. Walaupun anak itu beragama nasrani, sedikit demi sedikit dia mulai mempelajari ajaran agama Islam dengan antusias. Bahkan beberapa kali Doni mulai bertanya-tanya tentang cara beribadah atau tentang doa-doa ringan kepada gua dan anak-anak kostan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...