February 2008,
Angin sejuk sehabis hujan di sore hari semeriwing menerpa tubuh dan wajah tampan ini, hingga mata gua menjadi kreyep-kreyep di buatnya. Posisi mantap untuk menujuh alam mimpi. Di hari jumat sore ini, gua lagi selonjoran di balai bambu depan kostan, hanya dengan menggunakan kaos oblong dan celana kolor.
"Miiiijaaaaaaa!!!"
Suara sember dan gaya pemanggilannya yang khas sangat mengganggu gendang telinga gua yang lagi sensitif kelas berat. Yang memanggil adalah Ola, gadis yang sedang dekat dengan gua hampir lima bulan ini.
Entah kenapa, sekarang Gua dan Viola menjadi kawan dekat. Mungkin bisa di bilang sahabat. Setiap hari waktu kami selalu di isi bersama. Entah itu nonton, nongkrong, jalan, atau bahkan curhat. Namun hanya sebatas itu. Jujur karena gua sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadap dirinya. Ola memang cantik, sexy, baik, pintar, pokoknya idaman para lelaki, tapi gua sama sekali tidak merasakan sesuatu yang lain terhadap dirinya. Gua rasa Ola juga merasakan hal yang sama seperti ini. Jadi kedekatan kami hanya sebatas sahabat...
"Woooiii Miiiijaaa!!!"
Suara itu melengking keras dari dalam kostan. Dan tetap tidak gua hiraukan. Niat hati di sore ini sudah bulat untuk menujuh alam mimpi. Hujan yang turun seharian ini cukup membuat gua malas untuk berangkat kuliah hari ini. Gua hanya menitip absen ke Doni dan Adit, hingga untuk masalah kehadiran dapat di bereskan dengan mudah. Walaupun begitu kedua mahkluk sialan itu terus mengganggu dengan menghubungi gua setiap jam nya.
"Cungkriiiiiiiiinkkk...siniiiiiii!!" Viola mulai memanggil gua lagi.
Gua masih gak peduli akan panggilan itu.
Tidak lama kemudian di saat mata hampir terpejam ada suara bentakan yang terdengar lebih jelas. "Heh, lo budek ye! Di panggilin dari tadi enggak nyaut! Sini dong..!" wajah gadis itu terlihat gegetan menatap gua yang lagi santai.
Ola berdiri sembari bertolak pinggang di depan gerbang kost.
"Lo yang butuh gue, lo aja yang kemari," saut gua pelan. "Lagian kenapa sih ribut amat sore-sore begini. Gak bisa liat orang santai dikit apa?"
Gadis itu berjalan ke arah gua dengan tampang sewot.
"Yaudah bangun cepet, gak usah banyak gaya lo!"
"Galak amat lo ngomong sama gua. Pake kelembutan dong.." canda gua masih dalam posisi tidur selonjoran.
Ola hanya memeletkan lidahnya.
"Kita jalan-jalan yuk?" kini Ola duduk di samping gua.
"Kemana?"
"Muter-muter aja.."
"Ah, males. Kalo lu mau muter-muter di sono aja gih. Entar gua jagain dari sini," kata gua sambil menunjuk jalan kampung di depan kostan.
Mata gadis itu langsung membelalak.
"Ih! Orang serius malah bercanda lagi! Ayooo..bete nih gue dari pagi di kamar aja!" paksa gadis itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh gua.
"Kalo lu bete jalan aja sama Buluk atau Kenyank sono. Gua lagi mau santai gak bisa di ganggu gugat. Lo gak tahu apa gua abis kalah judi, nih? Jadi rada sengrek nih otak gue," tolak gua yang langsung membalikan tubuh membelakangi dia.
Ola langsung menarik baju gua agar menghadap ke dirinya lagi.
"Siapa suruh main judi! Sekarang rasain kalo duit lo abis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...
