Sudah tiga hari kami bertiga masih berada di dalam penjara karena belum ada yang menjamin untuk keluar. Sedangkan Ruby dan anak-anak yang lainnya sudah pulang lebih dahulu karena keluarga mereka sudah menjemput.
Kondisi penjara yang pengap dan panas di siang hari ini membuat kami harus bertelanjang dada. Bau keringat yang menyampur dari orang-orang di dalam sini membuat kepala gua pusing, rasanya gua ingin cepat-cepat pulang dan mengguyur badan ini dengan air dingin.
Salah seorang petugas datang menghampiri sel kami.
Matanya memandang ke dalam sel seperti sedang mencari-cari seseorang.
"Andri, kamu boleh pulang, keluargamu sudah menjemput,"
Buluk yang tadi sedang selonjoran dengan malas-malasan langsung bangkit bersemangat."Beneran pak saya boleh keluar?" Tanya anak itu kurang yakin.
"Iya benar. Kalau kamu masih mau tidur semalam lagi di sini sangat di bolehkan," Balas petugas itu sembari membuka pintu sel.
"Makasih untuk tawarannya pak. Tapi saya lebih memilih tidur di rumah saya sendiri saja, gak enak nanti kalau merepotkan bapak, hehehe.." kata Buluk sambil cengar-cengir.
"Yasudah kalau begitu cepat keluar sana! Atau mau saya tutup lagi pintu ini?" Kata Polisi itu tentu dengan nada bercanda.
Buluk langsung keluar dengan terburu-buru.
Tidak lupa dia menoleh ke dalam ketika sudah berada di luar sel dengan wajah super meledek kami berdua.
"Elu berdua baek-baek dah di dalem. Yang akur ye, jangan berantem. Nginep barang satu atau dua hari lagi gak kenape-kenape. Lagian lebih enak kan di dalem sini, gak perlu mikirin makan, gak perlu mikirin idup. Karena semua serba gratis. Gua duluan deh ye..mau memantau kondisi di luar. Hehehe..."
"Anjing lu!!" Maki gua kesal.
"Yang mirip anjing kan elu, di kandangin kaga bisa keluar.." balas anak itu.
Buaaagh!!
Pintu sel gua tendang keras.
"Hei! Hei! Apa-apaan kamu!" Bentak petugas kepolisian karena gua menendang pintu sel penjara ini.
"Maap-maap pak..." ujar gua cepat-cepat karena baru ingat kalau di depan masih ada pak polisi yang sedang berdiri.
"Orang gila...kantor polisi nih, jangan macem-macem lu!" Komentar Agus Tengik.
"Ha..ha..ha..ha.." tawa meledek Buluk terdengar kencang.
Tubuh pemuda itu berjoget-joget meledek kami.
Gua diam saja sambil menahan dongkol.
Kemudian Agus Tengik mendekat ke pintu sel.
"Ssst! Ssstt!" Mulut Agus Tengik menegur polisi jaga yang masih berdiri di sana dengan gaya pemanggilan tidak lazim.
Polisi itu menoleh dan menatap Agus tengik dengan pandangan tidak suka.
"Kok gua gak di suruh keluar juga?" Tanya Agus Tengik. "Nanti gua malah ngerepotin elu di sini. Mending bebasin dah,"
Wajah polisi itu terlihat dingin merespon ucapan Agus Tengik yang rada songong.
"Kamu mau keluar juga?" Tanya balik polisi itu.
Agus Tengik mengangguk-ngangguk dengan wajah antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST SEGREK
Non-Fiction(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan adegan sadis/vulgar. Mohon kedewasaannya dan kebijakannya dalam menyikapi setiap chapter yang di publish. Bagi kalian yang fanatik dengan h...