".......jadi tadinya gue sama Rosé mau bilang Kak Jen langsung, cuma semaleman dia nggak bisa dihubungin dan Rosé hari ini harus lomba, so I figure out that I should ask you. You know, as their friend."
"Me???" Tanya Lucas, menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan tidak percaya.
Lisa mengangguk. "Iya lo, Lu-ke. Kenapa kaget banget sih? Lo kan sekelas sama baik Mark ama Arin."
"Ya iya si, tapi nggak nyangka ae gitu," Lucas mengangkat kedua bahunya. "People usually don't come to me for this kind of stuff. Biasanya kalo nggak soal gaming ya paling sport. Aneh ya ternyata dicurhatin soal cinta-cintaan???"
"Najis," Lisa otomatis cursing, "siapa yang sebego itu buat curhat soal cinta-cintaan ke lo sih? Ini gue tuh mau nanya, mau nyari second opinion; that doesn't count as curhat."
"Eeee, enak aja, masuk lah!" Seru Lucas nggak terima, kemudian menaruh dagu di bawah dua kepalan tangan yang dia sandarkan ke meja kantin; memperhatikan Lisa dengan senyuman lebar dan mata yang berbinar-binar.
"Jadi Kak Lalisa si model cantik mau curhat apa nih? Gue siap mendengarkan kok dari level A ampe Z, 0 ampe 100, cupu ampe—"
"Stop," Lisa mengangkat sebelah tangannya, lalu menghela napas. "Ya udah lah terserah lo mau nganggep ini curhat or just one of your games, gue cuma pingin tanya satu pertanyaan. Mark sama Arin tuh emang beneran sedeket itu atau nggak, menurut lo yang sekelas dan sejurusan sama mereka? And if they are, lo bisa bilang gitu kenapa? Have you seen any physical contact between them yang vibe-nya beda atau gimana?"
"Kak, itu bukan cuma satu pertanyaan."
"Anggap aja itu level 1-3," jawab Lisa santai. "Semakin berbobot jawaban lo, semakin tinggi reward-nya."
"Ooooh, ada reward-nya?" Lucas langsung memajukan badan dengan antusias.
"Voucher Steam. Paling rendah cepek, paling tinggi gopek."
"Ah, dikit." Lucas mengibaskan tangannya. "Gue punya informasi bernilai paling nggak cetiao (re: sejuta) nih," lanjut cowok itu dengan muka songong.
"Oh ya?" Lisa menaikkan sebelah alisnya. "Let's hear it then, kalo lo sepede itu."
"Eits," Lucas menggoyangkan jari telunjuknya, "janji dulu bakal kasih gue voucher cetiao."
Lisa rolled her eyes. "Ya gampang, udah cepetan."
"Alright!" Lucas mengepalkan tangannya di udara lalu menatap Lisa dengan serius, seketika nggak cengegesan lagi.
"Lo tau kan, Arin sekosan sama cewek gue?"
"Iya, terus?"
"Baru-baru ini," Lucas mendekatkan badannya, "gue nggak sengaja denger Arin nanya ke si Mark, kayak yang, "kita tuh sebenernya apa, sih?" gitu."
"Seriusan?" Mata Lisa membelalak. "Terus, terus?"
"Waktu itu kan mereka di teras ngomongnya, terus tiba-tiba diem aja makanya gue kepo," Lucas meneguk minuman isotoniknya, "dan pas gue liat si Arinnya mewek anjir, terus sama Mark dipeluk yang nenangin gitu. Nggak terlalu erat sih, tapi tetep ae kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna One
Фанфик"If you wanna be my lover, you gotta get with my friends." - Spice Girls' Wannabe. Book 5 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. If you can't comprehend the pairing, the style of writing...