"So he's asking to meet you berdua aja tanpa Kak Rosé?" Tanya Mark setelah roommate-nya tersebut selesai bercerita.
Iya, Guanlin akhirnya memutuskan buat cerita ke Mark, Eunwoo, dan Vernon saat dua cowok itu mampir. Dia rada bingung juga harus ngapain soalnya.
Guanlin mengangguk. "Yeah, tapi kapannya sih gue belum tau," jawabnya sambil memutar bola basket di tangannya, lalu menoleh ke Eunwoo yang lagi fokus di depan piano yang ada di apartemennya dan Mark.
"Kak, kira-kira gue bakal digebukin or something nggak?"
"Tergantung," balas Eunwoo tanpa mengalihkan pandangan cord sheet yang lagi dia baca. "Tapi dia jarang main tangan sih. Minta ketemunya di MOBB lagi aja biar kalo ada apa-apa udah ada algojonya."
Vernon mendengus. "Shit, gue jadi inget when he broke Nayeon's ex's nose. Sometimes I forget how strong Bobby is."
"You shouldn't, really," balas Eunwoo. "Bobby baik orangnya, tapi dia selalu ada di ranking teratas gue soal orang yang jangan pernah dimacem-macemin. Uang, koneksi, fisik, reputasi; semua itu power dan he's got everything covered."
"Harus sih dia punya semua itu. Running an establishment kayak MOBB is no easy business. Gampang banget orang macem-macem kalo lempeng dikit aja," timpal Mark, menghempaskan badannya di sofa deket Vernon yang menatapnya dengan bingung.
"What does lempeng mean again?"
"Weak, basically," jawab cowok itu, lalu nyengir sambil menggelengkan kepalanya. "Aduh, dasar bule."
"Ngaca, Pak," timpal Guanlin yang berdiri di sebelah Eunwoo, memastikan piano yang merupakan kado dari orangtuanya pas ulang tahun kemarin memang berfungsi dengan baik.
Eunwoo tentu sadar betapa ironisnya situasi ini karena mereka bertiga itu sebenernya sama aja, tapi dia punya hal yang lebih penting sekarang jadi dia cuma menggelengkan kepala sementara jari-jarinya mulai bergerak.
Melodi yang beberapa hari ini sering terdengar dari piano yang ada di apartemen Mark dan Guanlin kemudian menggema ke seluruh ruangan, bikin Guanlin mengangguk-angguk puas lalu berjalan ke arah sofa.
"How is it, Sir? Udah bagus muridnya?" Ledek Vernon.
Guanlin rolled his eyes. "For the last time, he's not my student. Cuma numpang doang karena kalo di rumah nanti ketauan Kak Jisoo."
Vernon tertawa pelan, baru aja mau membalas omongan Guanlin pas Mark yang duduk di antara mereka berdiri secara tiba-tiba, smartphone di telinganya.
"Halo? Iya, dimana? Alright, wait ya," katanya lalu berdiri, bikin Guanlin mengangkat sebelah alis ke arahnya. He can't help but noticing that nada suara dan omongan Mark itu halus banget, orang pasti mikir dia mau jemput ceweknya or something.
.......tapi Jennie bukannya lagi ke Shanghai?
***
"Maaf ya Mark, lo jadi harus jemput gue lagi. Udah janji mau ketemu sama orang radio eh.......hujan." Arin menghela napas, tangannya sibuk mengelap rambut dan baju yang kena percikan air karena dia lari sedikit tadi dari gedung fakultas ke HR-V putih milik Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna One
Fiksi Penggemar"If you wanna be my lover, you gotta get with my friends." - Spice Girls' Wannabe. Book 5 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. If you can't comprehend the pairing, the style of writing...