"Hiks!"
Guanlin menghela napas. "When will you stop crying, Wine? Even Kak Jisoo didn't cry," katanya sambil memberikan another selembar tisu ke arah Rosé yang sebenernya udah nggak nangis, tapi masih sesunggukan itu.
"Habis........it was such a pretty moment.......my two best friends— oh my God I'm gonna cry again," katanya sambil menghapus air mata yang nyaris jatuh lagi dengan tisu yang diberikan Guanlin.
Lisa mendengus geli ke arah roommate-nya itu. "Even gue sama Kak Jennie nangis dikit when Eunwoo got down on his knees, Ci. Lo jangan expect cewek lo bakal berhenti anytime soon."
Sehabis not-so-secretly—karena Eunwoo kasih izin, tapi mereka nggak boleh berisik—buat nontonin lamaran tersebut dari Eunwoo nyanyi sampai akhirnya bilang, "will you marry me?" sambil berlutut, Jennie, Lisa, dan Rosé kompak langsung lari dan meluk Jisoo setelah dia bilang iya, bahkan sebelum Eunwoonya sempet ngapa-ngapain.
Untungnya sih cowok itu nggak masalah. Dia cuma ketawa aja sambil menyambut toss dan pelukan dari Mark, Guanlin, dan Vernon; malah Eunwoo nawarin mereka buat tinggal dan makan bareng sebagai tanda terima kasih udah bantuin dia nyiapin semuanya, yang akhirnya ditolak sama mereka berenam.
Gimana pun juga kan mereka deserve some alone time, masa iya candle light dinner habis dilamar rame-rame? Please, mereka masih punya banyak waktu lain buat itu.
Nah, berhubung mereka udah pakai baju yang lumayan rapi-thanks to Jennie of course-mereka akhirnya mampir buat makan bareng di restoran yang terletak di daerah perkantoran deket rumah Eunwoo, karena selain deket ya biar dress-code-nya masuk juga. Masa iya ke Vanilla Cup aja pake baju rapi? Sewoon/Hyojin langsung bengong yang ada.
Mark mendengus, menggigit bibir bawah dengan senyuman jahil. "Even I was surprised pas kamu nangis, yang," katanya sambil meremas pelan bahu Jennie yang lagi dia rangkul.
"I've known them for a long time, pasti kebawa sentimental juga lah," balas Jennie, lalu menoleh ke Mark yang menyenderkan dagu di bahu kiri sementara tangan satu yang tadinya di bahu kanan udah berpindah ke pinggang.
"Why are you so touchy dari tadi? Nggak enak ah, diliat yang lain," cewek itu berusaha melepaskan tangan Mark di pinggangnya, tapi cowok itu justru malah melingkarkan kedua tangannya dan clinging to Jennie kayak anak koala ke induknya.
"Just let me, Kak. Emang kamu nggak kangen? Hm?" Tanyanya sambil menatap mata Jennie dalam-dalam, seakan empat orang di depan yang semeja sama mereka nggak ada.
"Hoek," kata Guanlin sambil berekspresi kayak orang mau muntah ngeliat tingkah roommate-nya itu, bikin Rosé-yang udah nggak nangis-langsung menabok lengannya.
"Ih Kuaci, biarin aja dong! It's cute!"
"Cute?" Lisa mengangkat sebelah alis. "Iya sih, but I don't think that's the best word to describe it. Don't you think so, Hansol?"
Vernon mengangguk. "Dari matanya aja udah keliatan kok. Those are bedroom eyes right there," katanya sambil smirked, bikin Lisa langsung menyenderkan lengannya di bahu cowok itu sambil menggerakkan alisnya dengan ekspresi jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna One
Fanfiction"If you wanna be my lover, you gotta get with my friends." - Spice Girls' Wannabe. Book 5 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. If you can't comprehend the pairing, the style of writing...