"Thanks for meeting me."
Lidah Mark membasahi bibir bawahnya dengan ekspresi nervous yang sangat ketara, to the point that dia harus berusaha sekuat tenaga cuma untuk natap mata cewek yang.......beberapa lalu aja, tanpa ragu bakal dia bilang sebagai orang terdekatnya.
Not that she's a complete stranger now, kayak yang quote atau lirik galau selalu bilang. Metafor tersebut berguna emang untuk nunjukin sedrastis apa perbedaan hubungan sebelum dan sesudah putus, tapi sebenarnya nggak terlalu akurat.
After all, a stranger is a stranger. Kita mungkin bisa berimajinasi atau berspekulasi tentang atribut-atribut kecil atau besar tentang hidupnya, tapi pada akhirnya semua itu cuma terjadi di pikiran. Sementara untuk orang dikenal, atau sempat dikenal.......
It's like a perfect mixture of imagination and reality, the reason why the so-called "bittersweet" feeling exists in the first place.
Jennie menatap cowok lebih muda tiga tahun darinya itu dengan ekspresi datar, kemudian memberikan anggukan kecil.
"Is there anything you wana say to me?"
"Aku mau minta maaf."
Hening.
".......buat?"
"Semuanya."
"Ya semuanya itu apa?" Jennie melipat tangannya. "Buat nggak berani minta putus meski lo udah nggak cuma sayang sama gue lagi? Buat jealous, terus asal ambil kesimpulan kalau gue main belakang ketika itu lebih bisa diaplikasikan ke lo? For almost calling me a slut?"
"Maaf. Maaf. Aku bener-bener minta maaf."
Jennie menggigit bibir bawahnya kuat-kuat mendengar perkataan Mark barusan. Daniel udah cerita soal yang dia bilang ke Rosé dkk soal mereka sebenernya nggak ada apa-apa sebelum dia dan Mark putus, jadi Jennie tau kalau alasan kenapa cowok di depannya ini minta ketemu ya pasti emang untuk minta maaf.
Demi Tuhan, Jennie tadi udah berjanji ke dirinya sendiri bahwa dia nggak akan memperpanjang masalah. She will just accept Mark's apology and then they can move on as friends, tapi nyatanya nggak segampang itu untuk ngekontrol dirinya.
It's like, alam bawah sadarnya masih menganggap bahwa sosok Mark adalah seseorang yang bisa dipercaya. Sosok yang Jennie nggak perlu berusaha kuat terkadang, because he knows that she isn't.
".......I have absolutely no excuse," Mark menggelengkan kepalanya. "I was a complete asshole dan kamu berhak untuk nggak maafin aku. I will do anything, even disappearing from your sight."
Jennie rolled her eyes. "How? By going back to Vancouver?" Tanya cewek itu dengan sinis, kemudian menarik napas dalam-dalam.
"Jangan bikin janji yang nggak bisa lo tepatin, Lee. Lo sama gue tinggal di gedung apartemen yang sama, punya circle pertemanan yang sama; you think it's possible to not run into each other?"
"Maybe bisa.......kalau aku latihan dulu jadi ninja and stuff......."
"Pft—" suara tawa tercekat kabur dari tenggorokan Jennie, dan melihat tampang Mark yang kelihatan 100% bingung itu sama sekali nggak membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna One
Fanfiction"If you wanna be my lover, you gotta get with my friends." - Spice Girls' Wannabe. Book 5 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. If you can't comprehend the pairing, the style of writing...