You're So Indecisive, What I'm Saying

1.4K 217 23
                                    

"Hei," sapa Daniel yang baru pulang.

Jennie menoleh ke arah cowok itu, tersenyum kecil sambil tangannya tetap mengelus-elus perut Peter.

"Hey. Welcome home."

"Tumben ke sini?" Cowok itu menggulung kemeja. "I thought you forget about me semenjak baikan sama si Mark."

Jennie rolled her eyes. "Don't start. You know I was busy with work."

"Yeah, I know." Daniel membuka kulkas. "Cuma bercanda kali. Dia juga masih sama selingkuhannya itu kan?"

"Technically, bukan selingkuhan." Jennie berjalan ke arah Daniel, mengambil segelas kopinya di atas meja.




"They have feelings for each other before we broke up, tapi mereka nggak ngapa-ngapain. I really hate admitting that, though."

"I know you do." Daniel tertawa pelan. "Then again, emang sering berdua kemana-mana itu bukan selingkuh?"

"Tergantung." Jennie mengangkat bahu. "Setiap orang punya standar yang beda buat selingkuh, no? Like, waktu high school dulu lo BBM gue aja dibilang selingkuh sama that brainless ex of yours."

"Pft— hahaha, tolol sih itu emang." Daniel ketawa sampai matanya menyipit dan gigi kelincinya kelihatan. "What's her name again? Gue lupa."

Jennie memutar bola matanya. "Yang pacaran sama dia gue apa lo?"

"Neither, honestly." Daniel menyesip sekaleng bir dingin di tangannya. "Gue nggak itung itu pacaran, orang nggak serius."

"Kayak lo pernah pacaran serius aja." Jennie mendengus sarkastis, yang cuma dibalas dengan tawa oleh Daniel.

Cewek itu lalu memperhatikan cowok yang udah dia kenal entah untuk berapa tahun lamanya itu. Gimana dia memasukkan satu tangan ke dalam saku celana bahan hitam yang memeluk kakinya sementara satu tangannya lagi menyesip sambil sesekali memutar perlahan kaleng yang didominasi warna merah tersebut. Body language-nya enak banget diliat, khas seorang Daniel, tapi yang jadi pusat perhatian Jennie bukan itu.




"Is it just me or lo sering banget minum bir merek Yuengling itu, Dan?"

"Masa?" Daniel menatap kaleng di tangannya. "I guess old habits really die hard, then."

Jennie mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?"

"Merek ini," Daniel meremukkan kaleng di tangannya, "cuma diproduksi di Pennsylvania, dan lo tau gue kuliah dimana. I spent years drinking it non stop, basically."

"Dan lo nggak bosen, buat sampe bawa-bawa ke sini? You? Whoa." Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya.

Daniel tertawa pelan. "Emang kenapa kalo gue?"

"Nothing, gue cuma kagum aja gimana lo bisa sesetia itu sama merek bir tapi sama sekali nggak bisa pacaran serius."

"Well......" cowok itu memutar badan, mengurung Jennie di counter dengan kedua tangannya.




"Mari kita bilang aja kalo gue lagi belajar gimana caranya, kitten; and I'm gonna need your help on that."

[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang